Fajar telah menyingsing. Ayam telah menyenandungkan suara berkokoknya. Sudah saatnya memulai hari.
Mereka semua berkumpul kembali ke kediaman Leopold.
"Apa kalian telah mendapat istirahat yang cukup?"
Nampaknya semua orang memberikan jawaban iya tanpa perlu dijawab, tidak dengan Sammy. "Aku masih mengantuk, Tuan!" Leopold hanya menggeleng-gelengkan kepala saja menghadapi "cucunya".
"Ini, minum ini." Leopold memberikan botol ramuan berisi cairan berwarna biru gelap.
"Apa ini?"
"Eternal Awake. Kau minum sampai habis dan kau tidak akan mengantuk kembali untuk 1 hari." Sammy meminumnya, dan sungguh manjur.
"Kau benar, Tuan! Aku menjadi lebih berenergi sekarang!"
"Itulah mengapa ramuan ini pun begitu penting bagi kita. Namun, jangan terlalu mengandalkan ramuan ini ketika kalian mengantuk. Semakin kalian meminumnya, efektivitasnya akan menurun. Kalian tetap harus mendapatkan istirahat yang cukup," jelas Leopold.
"Kalau begitu, kenapa dinamakan Eternal?" keluh Sammy.
Leopold tertawa kecil.
"Entahlah, agak ironis jika dinamakan seperti itu.""Leo, semua persiapan sudah siap!" ujar Tracy.
"Baiklah." Leopold mengambil jam saku di atas meja laboratoriumnya. "Semuanya, berpegangan dan pejamkan mata! Kita akan segera menuju tepi hutan di mana portal itu berada."
Mereka merasakan tubuh mereka mengalami gaya tarikan karena perpindahan dimensi waktu itu. Setelah menunggu beberapa saat, mereka telah berada di tempat yang disebutkan.
Mai masih mengingat titik ini, di mana ia mungkin kehilangan kekasihnya untuk selamanya.
"Kita telah tiba, di ujung hutan ini. Dibalik portal itu, ada dunia yang luas yang sedang menunggu kita."
"Bagaimana cara membukanya? Sepertinya portal ini sudah lama sekali semenjak terakhir digunakan."
"Aku akan membacakan mantranya." Leopold berdiri menghadap portal itu. "Semuanya merapat." Leopold menggerak-gerakkan gestur tangannya, nampaknya mantra itu bekerja. Cahaya biru berbentuk seperti api muncul dan mengikuti gerakan tangannya. Namun, ketika Leopold selesai membacakannya, cahaya itu menghilang kembali.
"Apa yang terjadi? Apa mantranya tidak bekerja?" tanya Connor.
"Aku rasa karena sudah lama tidak digunakan. Sebentar, aku akan mencobanya lagi."
"Tunggu, lihat!" ujar Mai. Mereka semua memandangi Elena. Tanpa disadari, kalung merah yang Elena pakai itu bersinar-sinar.
"Kalung itu. Apa ada sesuatu?" gumam Leopold
Tiba-tiba, Sammy memunculkan ide.
"Tuan, bagaimana kalau kak Elena saja yang membacakan mantra itu? Mungkin saja akan terjadi sesuatu?""Apa? Aku? Aku tidak bi—"
"Kau benar, nak. Elena, kau saja yang membacakannya."
"Ayo, Elena! Kau pasti bisa!"
Karena disemangati yang lain. Elena mengangguk dan mencobanya. Ia berdiri di depan portal menggantikan Leopold. Leopold berdiri di belakangnya.
"Sekarang, kau ikuti apa yang akan aku katakan." Leopold membisikkan mantranya dan Elena mengikutinya. Sambil menggerak-gerakkan tangan, cahaya biru itu muncul kembali. Namun, alih-alih gagal seperti Leopold. Cahaya itu semakin terang, terang, dan terang, mereka semuanya menutup mata karena saking silaunya. Tanah tiba-tiba bergetar, Elena dengan sekuat tenaga membacakan mantra. Pada akhirnya, tanah berguncang hebat sekali, cahaya itu menghilang, dan portal itu terbuka.
"Apa kalian semua baik-baik saja!"
"Iya, kami baik." Beberapa dari mereka jatuh karena tanah yang berguncang itu. Mereka ternganga dengan kekuatan Elena, termasuk Leopold. Membuka portal itu sebenarnya bukan sekedar membaca kata-kata, tapi juga butuh kekuatan batin yang dalam juga. Dan, tidak semua orang juga bisa melakukannya.
"Waw! Sulit dipercaya! Kau hebat, Elena!" ucap Mai. Elena hanya tersenyum saja, ia juga tidak menyangka bisa seperti itu. "Ah, bukan apa-apa, aku juga tidak percaya dengan apa yang kusaksikan."
Tracy memandangi Elena. Ia benar-benar bangga dengan dirinya.
Elena, kau sangatlah luar biasa! Aku yakin, semua ini akan segera berakhir. Raja Maximus dan Ratu Alice akan bangga dengan dirimu, nak. Walaupun aku bukanlah ibumu, tapi aku bangga mempunyai anak sepertimu.
Tanpa disadari, Tracy menitikkan air mata. Elena terkejut melihatnya."Ibu? Kenapa ibu menangis?"
"Ibu tidak apa-apa, nak. Ibu hanya bangga memiliki putri sepertimu." Elena tersenyum dengan begitu manis.
"Aku juga bangga memiliki sosok ibu sepertimu. Ibu masih bisa membesarkanku, tanpa adanya sosok ayah."
Seandainya kau tahu, Elena. Kau bukanlah keturunan makhluk. Kau murni keturunan antar 2 manusia dan juga pewaris takhta kerajaan.
Mai pula memandangi mereka, ia juga membatinkan hal yang sama, sepertinya.
"Bisa kita mulai perjalanan ini?" tanya Leopold. Yang lain mengangguk siap.
"Baiklah, ayo kita pergi!" Mereka memasuki portal satu per satu. Setelah semuanya telah masuk, portal itu bereaksi kembali. Mengeluarkan cahaya dan menutup aksesnya lagi, jadi seolah portal itu tidak pernah terbuka sama sekali.Bersambung...
—————
Perjalanan yang sebenarnya akan segera dimulai...
Happy reading! ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Album for the Young
FantasyElena, merupakan seorang putri raja di kerajaan Schonstadt. Sewaktu ia kecil, ia selalu mendapat perlakuan yang sangat menyenangkan. Namun, itu semua tidak berlangsung lama setelah tragedi paling berdarah dan paling sadis di kerajaan ini. Ayah dan I...