"Mama mau bercerai dengan papa kamu."
Jawaban Tamara bagai petir di siang bolong di telinga Keenan. Dia berharap salah dengar. "A - apa? Mama nggak lagi bercanda, kan?"
"Mama serius. Mama akan segera bercerai dengan papa kamu dan kamu ikut sama Mama. Kita akan pindah dari sini dan tinggal berdua saja. Ayo kita pergi." Tamara kembali meraih tangan Keenan tapi Keenan menarik tangannya. "Keenan!"
"Aku nggak mau," jawab Keenan.
Tamara kaget dengan jawaban Keenan. "Apa maksud kamu nggak mau? Kamu nggak mau tinggal sama Mama, hah?"
Sebelum Keenan memberikan jawabannya, Raffi---sang papa datang dan langsung memarahi Tamara yang mau mengajak Keenan pergi. Raffi bahkan merebut koper yang dipegang istrinya itu.
"Berani - beraninya kamu datang ke sini dan mau membawa Keenan." Raffi berkata dengan wajah penuh amarah.
Keenan bisa melihat dengan jelas kemarahan di wajah papanya, entah karena masalah apa."Keenan anakku, dan dia akan tetap tinggal di sini sama aku---papanya. Kalau kamu mau cerai oke kita cerai, tapi kamu jangan pernah bermimpi untuk membawa Keenan sama kamu."
"Aku mamanya, aku berhak bawa anak aku ke mana pun. Kamu nggak punya hak melarang aku." Tamara tidak mau kalah dan menantang suaminya.
"Aku papanya, dan aku akan memenangkan hak asuh Keenan pada sidang nanti. Jadi Keenan akan tetap tinggal di sini sama aku."
"Aku yang akan memenangkan sidang itu. Aku mamanya dan aku yang akan merawat Keenan. Kamu nggak bisa melarang aku membawa anakku sendiri."
Akhirnya Keenan malah menyaksikan pertengkaran mama dan papanya tepat di depan matanya sendiri. Keenan merasa sedih melihat kedua orangtuanya saling melotot dan berteriak satu sama lain. Bukan situasi seperti ini yang dia harapkan.
"Pokoknya Keenan tetap di sini sama aku." Raffi menarik lengan Keenan.
"Nggak bisa!" Tamara melepaskan pegangan tangan Raffi dan menarik Keenan ke arahnya. "Keenan akan ikut aku."
"Lepasin tangan kamu!" Raffi melepaskan dengan paksa tangan Tamara dan mencengkeram tangan Keenan kencang sekali sampai Keenan kesakitan. "Keenan akan ikut sama aku."
"Nggak bisa!" Tamara tetap bersikeras merebut Keenan dari suaminya. "Keenan, ayo ikut Mama. Mama akan turuti apa pun yang kamu minta. Jadi ayo ikut Mama."
"Apa - apaan sih, kamu?" Raffi semakin kuat mencengkeram tangan Keenan tanpa peduli anaknya kesakitan. "Aku nggak akan membiarkan kamu membawa anakku. Kamu pergi saja sekarang dan jangan coba - coba bawa Keenan!"
"Kamu nggak bisa ngelarang - ngelarang aku. Keenan, ayo ikut Mama! Ayo, Keenan!"
"STOP! STOP! STOP!" teriak Keenan frustrasi yang otomatis menghentikan pertengkaran Tamara dan Raffi. Keenan juga berhasil melepaskan cengkeraman mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keenan (Completed)
Teen Fiction(Biasakan FOLLOW dulu sebelum membaca) Ini tentang Keenan dan semua rasa sakitnya. Ada banyak kesedihan yang tersimpan di balik sebuah senyuman. "Jangan menyimpan rasa sakit itu sendirian. Berbagilah rasa sakitmu denganku."