15. Keenan Alvaro Danendra

562 28 1
                                    

Dokter Anna mengangguk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dokter Anna mengangguk. "Sirosis tahap awal."

"Si - sirosis?" Iqbal terdiam tak bergerak layaknya mayat hidup.

"Ada pengerasan di hatinya. Selain membutuhkan donor ginjal, Keenan nantinya juga membutuhkan donor hati. Tapi mengenai hal ini Keenan belum tahu. Dan alangkah baiknya kalau dia tidak perlu tahu mengenai ini. Jangan terlalu menambahkan beban padanya."

Iqbal semakin shock dan merasa seperti sedang bermimpi buruk.

"Selama ini dia selalu datang sendiri dan tiap kali saya tanya di mana keluarganya, dia selalu berkata mama dan papanya selalu sibuk. Dan tidak seharusnya dia sendirian terus, apalagi dalam kondisinya yang semakin memburuk. Keenan masih terlalu kecil untuk menghadapi semua ini sendirian."

"Lalu apa yang harus dilakukan, Dokter? Apa yang bisa kita lakukan agar Keenan tetap hidup?"

"Pertama - tama kita harus melakukan transplantasi ginjal terlebih dahulu."

"Kalau begitu segera lakukan pemeriksaan dan ambil ginjal saya, Dokter." Iqbal memegang tangan dokter itu, berharap banyak dokter bisa melakukan apa yang dia inginkan.

Dokter wanita yang seumuran mama Iqbal itu pun mengangguk. "Saya akan melakukan yang terbaik untuk Keenan."

"Terima kasih, Dokter."

Iqbal masih berada di rooftop dan berteriak - terik seperti orang gila. Akhirnya dia tahu kenapa Keenan sampai meminta uang puluhan juta tiap minggu. Dia juga tahu maksud Keenan yang mengatakan dia akan terus merepotkannya dengan meminta banyak uang.

"KENAPA HARUS KEENAN? KENAPA? HAH? KENAPA HARUS ADIK AKU? KENAPA?"

Iqbal tiba - tiba ingat bahwa mama dan papa harus tahu tentang keadaan Keenan. Dia mengambil ponselnya dan mencoba menelepon mama dan papa secara bergantian tapi tetap nggak nyambung. Berkali - kali dia mencoba menelepon, tapi tetap mailbox. Iqbal merasa marah dan membanting ponsel itu sambil berteriak. Tidak peduli melihat ponselnya yang berantakan di lantai.

"Ke mana kalian di saat seperti ini? Kalian berusaha keras mendapatkan hak asuh atas Keenan, tapi kalian menelantarkan dia dalam kondisi sakit kayak gini? APA MAU KALIAN???" Iqbal berteriak pada ponsel yang dia banting seolah berteriak pada mama dan papa.

🍁

Setelah beberapa saat dan mengeringkan air matanya di rooftop, Iqbal kembali ke ICU dan menemui bi Pur dan mang Asep.

"Bi Pur sama Mang Asep pulang saja dulu, nggak apa - apa," ujar Iqbal. "Keenan biar aku yang jagain. Bi Pur dan Mang Asep pasti capek. Kalian harus istirahat dan bisa kembali lagi besok."

"Den Iqbal nggak apa - apa sendirian di sini?" tanya mang Asep khawatir.

"Nggak apa - apa kok, Mang. Aku bisa jaga diri sendiri. Justru aku khawatir kalo Mang Asep sama Bi Pur sampe sakit karena kecapekan. Mendingan kalian pulang," pinta Iqbal.

Keenan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang