Tamara kembali ke ruang rawat Keenan setelah selesai melakukan pembicaraan dengan dokter Anna, sedangkan Iqbal pergi ke apotek untuk menebus obat. Tamara menghapus air matanya dan mendekati Keenan yang berbaring miring membelakanginya.
"Keenan, kamu tidur?" tanya Tamara dengan suara pelan.
Keenan memejamkan matanya, pura - pura tidur. Sejujurnya dia tidak sanggup melihat wajah mamanya yang menangis karena dia.
Tamara pun berpikir Keenan benar - benar tidur. Dia memperbaiki selimut Keenan dan mengusap kepalanya.
Ponsel Tamara bergetar, ada panggilan masuk dari sekretarisnya yang baru saja dia telepon tadi."Hallo Jihan?" sapanya dengan suara sepelan mungkin, takut membangunkan Keenan. Tamat juga agak menjauh saat menerima telepon. "Kamu sudah dapat nomor teleponnya? Bagus. Kirimkan ke saya sekarang."
Tamara menengok ke arah Keenan, memastikan suaranya tidak sampai membangunkannya. Setelah yakin Keenan masih tidur, dia keluar untuk menelepon mantan suaminya.
Keenan membuka matanya saat yakin Tamara sudah keluar. Dia juga mendengar dengan jelas apa yang Tamara bicarakan. Sekarang mamanya itu pasti sedang menelepon papa dan menyuruhnya cepat datang. Keenan merasa sedih melihat seluruh keluarganya kebingungan gara - gara dia.
Aku minta maaf.
Tidak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka. Keenan kembali pura - pura tidur saat mendengar suara Tamara dan Iqbal memasuki ruangan.
"Jadi papa mau pulang?" tanya Iqbal.
"Iya. Tadi Mama sudah berhasil ngobrol dengan papa kamu dan menjelaskan semuanya tentang Keenan. Papa kamu bilang mau menyelesaikan dulu urusan di sana. Kemungkinan dia sampai di Jakarta besok pagi." Tamara menjelaskan.
Iqbal mengangguk dan merasa lega masih ada sedikit harapan untuk menyembuhkan adiknya. "Syukur deh, kalo gitu. Mudah - mudahan aja semuanya sesuai sama harapan kita ya, Ma," ujarnya sembari melihat ke Keenan yang berbaring memunggunginya.
Tamara menganggukkan kepala, sependapat dengan Iqbal. "Iya, Sayang. Mudah - mudahan saja ginjal papa kamu bisa cocok dengan Keenan."
🍁🍁🍁
Hari yang sudah ditunggu - tunggu Iqbal dan Tamara akhirnya datang juga, yaitu hari dimana Raffi datang dari Swiss. Mereka sangat berharap banyak pada Raffi. Berharap kalau Raffi bisa menyelamatkan Keenan.
Tamara mondar - mandir di depan ruang rawat Keenan sambil berkali - kali mengecek jam tangannya, serta menengok ke arah pintu masuk. Berharap mantan suaminya segera datang. Tapi yang ditunggu - tunggu belum datang juga, membuatnya resah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keenan (Completed)
Подростковая литература(Biasakan FOLLOW dulu sebelum membaca) Ini tentang Keenan dan semua rasa sakitnya. Ada banyak kesedihan yang tersimpan di balik sebuah senyuman. "Jangan menyimpan rasa sakit itu sendirian. Berbagilah rasa sakitmu denganku."