"Ngapain kamu?"
Keenan kaget dan menurunkan bantalnya. Dia lebih kaget lagi melihat Iqbal berdiri di ambang pintu kamarnya. "Kak Iqbal sejak kapan di situ?"
"Udah dari tadi," sahutnya santai sambil berjalan mendekat. "Paling nggak, Kakak cukup lama lihat kamu nyium - nyium bantal." Iqbal duduk di pinggiran tempat tidur.
"Siapa yang nyiumin bantal? Enggak, kok." Keenan malu sama kakaknya. Apalagi kalau sampai Iqbal tahu dia seperti itu karena memikirkan cewek.
Iqbal cuma senyam - senyum penuh kecurigaan. "Lagi mikirin apaan, sih? Kayaknya serius banget?""Nggak mikirin apa - apa." Keenan jadi gugup sekali. "Cuma mikirin pelajaran sekolah."
"Yakin?"
"Ya yakin lah. Emangnya mau mikirin apa kalo bukan mikirin pelajaran?"
"Kamu nggak lagi mikirin cewek, kan?"
JLEB. Tebakan Iqbal tepat 100%. Sama sekali tidak melenceng. Tapi yang jelas, Iqbal tidak tahu kalau memang itu kenyataannya.
"Hah? Apaan? Enggak, kok." Keenan berusaha ngeles.
Iqbal memiring - miringkan kepalanya, menatap wajah Keenan penuh selidik. "Kalo nggak, kenapa tuh muka kamu kok merah gitu?"
Keenan kaget dan langsung mengusap - usap wajahnya. "Apaan? Enggak. Ngaco Nggak merah, kok." Keenan kesal. Kenapa wajahnya harus merah di situasi seperti ini.
Iqbal malah tertawa. Menertawai tingkah adiknya yang lucu. "Udah jelas merah, masih ngelak. Udah, ngaku aja kamu lagi mikirin cewek, kan? Siapa dia? Temen sekolah kamu? Kamu suka sama dia?" Iqbal menyerbu Keenan dengan berbagai macam pertanyaan yang membuat Keenan gugup.
"Kak Iqbal apaan, sih? Udah dibilang aku nggak mikirin cewek mana pun. Aku juga nggak lagi suka sama cewek. Aku nggak punya waktu buat suka sama cewek." Keenan berusaha menolak mentah - mentah.
"Nggak apa - apa kok, kalo emang kamu beneran lagi suka sama cewek. Kakak bakalan dukung kamu 100% buat cepetan nembak cewek itu dan pacaran sama dia---duh!" Iqbal kena pukulan bantal yang dilayangkan Keenan.
"Kak Iqbal sok tahu banget. Udah, keluar sana. Aku mau belajar. Sana. Sana " Keenan mendorong - dorong tubuh Iqbal.
Iqbal cuma menanggapi usiran Keenan sambil tertawa. Sejujurnya dia senang bisa menggoda Keenan dan membuat adiknya itu salah tingkah. "Iya, iya. Kakak keluar sekarang. Tapi jangan cuma dipikirin terus tuh cewek. Ditembak."
"Mati ditembak." Keenan kali ini bukan cuma memukul Iqbal dengan bantal, tapi melemparinya dengan bantal.
Iqbal pun kabur dan keluar.
Keenan kesal banget habis digodain kakaknya. "Kak Iqbal rese banget, sih? Nggak tahu orang lagi pusing apa?"
Keenan merebahkan tubuhnya dan menutup wajahnya dengan bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keenan (Completed)
Teen Fiction(Biasakan FOLLOW dulu sebelum membaca) Ini tentang Keenan dan semua rasa sakitnya. Ada banyak kesedihan yang tersimpan di balik sebuah senyuman. "Jangan menyimpan rasa sakit itu sendirian. Berbagilah rasa sakitmu denganku."