24. Kenangan Terindah

327 20 0
                                    

Iqbal menemui dokter Anna di ruangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iqbal menemui dokter Anna di ruangannya. Dan hasil yang ingin mereka lihat ....

"Nggak mungkin, Dokter!" Iqbal langsung emosi saat membaca hasil pemeriksaan di tangannya. "Mana mungkin ginjal almarhum papa saya juga nggak cocok dengan Keenan? Papa saya harapan terakhir buat Keenan, Dokter. Dan itu juga adalah amanat papa saya saat dia sedang sekarat di dalam ambulance. Papa saya ingin memberikan hati dan ginjalnya untuk Keenan kalau dia meninggal. Dan sekarang apa? Ginjal papa saya nggak cocok?"

Dokter Anna cuma berusaha memahami. "Saya mengerti perasaan kamu. Tapi kecocokan ginjal pak Raffi hanya 27%."

Iqbal shock dan frustrasi. Mulai terlihat putus asa. "Paling tidak ini sudah mendekati 30% kan, Dok? Apa tidak bisa dilakukan tranplantasi hanya dengan kecocokan 27%?"

Dokter Anna menggeleng. "Maaf. Tapi tidak bisa. Kami tidak bisa melakukan transplantasi dengan kemungkinan seperti itu."

Iqbal benar-benar bingung harus berbuat apa saat ini. Semua harapan telah sirna dan dia tidak tahu apa yang akan terjadi dengan Keenan setelah ini.

"Kita akan memberikan ginjal pak Raffi pada pasien lain yang membutuhkan."

"Tapi adik saya juga membutuhkannya, Dokter." Iqbal semakin kehilangan kesabaran dan tanpa sadar berteriak pada dokter Anna. "Apa Dokter tahu bagaimana perasaan saya tiap kali melihat adik saya sakit, dan bahkan pingsan seperti tadi? Saya selalu dihantui rasa takut. Keenan bisa meninggal kapan saja Dokter, jadi tolong jangan seperti ini."

"Saya mengerti perasaan kamu, Iqbal."

"Karena itu lakukan sesuatu, Dokter!" Iqbal semakin putus asa. "Tolong bantu carikan ginjal yang cocok untuk Keenan."

"Kami pihak rumah sakit akan selalu melakukan yang terbaik. Jika memang kebetulan ada donor ginjal yang cocok untuk Keenan, kita bisa segera melakukan operasi itu. Tapi tetap tidak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu."

"Menunggu sampai kapan? Sampai adik saya meninggal?"

Dokter Anna cuma bisa terdiam.

"Dokter!" seru Iqbal karena dokter Anna tidak menjawab pertanyaannya.

"Saya minta maaf. Tapi kita harus menunggu."

Iqbal sudah hampir gila memikirkan hal ini. "Baik, kita lupakan ginjal yang tidak cocok. Lalu bagaimana dengan hati papa saya? Keenan bisa mendapatkan donor itu kan, Dokter?"

Dokter Anna menghela napas panjang sebelum mengatakan ; "Sebelumnya saya akan mengatakan sesuatu sebelum kita membahas masalah hati pak Raffi."

"Apa itu, Dok?" Iqbal berharap bukan hal buruk lagi yang akan dia dengar kali ini.

"Saat kami membedah tubuh pak Raffi untuk mengambil hatinya, kami menemukan sesuatu."

"Sesuatu apa?"

Dokter Anna menatap serius ke wajah Iqbal yang menunggu jawaban dengan tegang. "Pak Raffi mengidap kanker hati stadium awal."

Keenan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang