Suasana SMA Cakrawala sangat gaduh pagi ini, dikarenakan hampir jam masuk dan kebiasaan para murid dari hari ke hari sudah bisa ditebak. Selalu malas mengerjakan PR dan akhirnya PR berubah jadi PS dengan nyontek punya teman sebelum bel masuk. Kalau masalah contek - mencontek memang sudah hal yang biasa dari jaman nenek moyang. Jadi sah - sah saja untuk anak sekolah, meskipun tidak sah di mata guru tapi selama tidak melanggar hukum dan tidak mencuri sepertinya tidak akan pernah menjadi masalah. Harus tidak ada masalah lebih tepatnya.
Kelas 11 IPA 1 juga yang terlihat paling heboh pagi ini. PR Matematika yang sulit sekali dan gurunya yang terkenal paling killer sedunia memberi mereka PR 20 soal dengan rumus yang panjang - panjang dengan tingkat kesulitannya mencapai stadium 4, membuat semua murid gonjang - ganjing mencari contekan. Tapi ya namanya saja soal sulit, jadi yang pasti tidak semua murid bisa mengerjakan semuanya. Dan kalau mereka tak tuntas mengerjakannya, hukuman menanti di depan mereka. Gimana nggak ruwet tuh?
"Duh, si Keenan ke mana sih, nih?"
Salah seorang murid dengan name tag bernama Albert di seragamnya tampak kelabakan mencari - cari seseorang yang tidak kelihatan batang hidungnya di dalam kelas yang sudah mirip seperti markas perang itu. "Bentar lagi bel, malah belum kelihatan juga batang idungnya. Tadi pagi - pagi buta udah gue chat suruh dateng pagi, malah jam segini belum nongol juga tuh anak?""Bert, Keenan mana?" Dino menghampiri dan terlihat juga kepanikan di wajahnya. Belum selesai mengerjakan PR.
"Gue juga nggak bakalan kelabakan kalo tuh anak udah ada di sini." semprot Albert kesal.
Seorang murid muncul di ambang pintu dengan jaket merahnya, dia tampak bingung dengan suasana kelasnya yang mirip markas perang itu. Tapi sebelum sempat bicara apa - apa, kehadirannya yang memang sudah ditunggu - tunggu itu langsung ketahuan oleh Albert.
"Itu Keenan." Albert langsung berdiri dan menghampiri Keenan serta menarik - narik lengan Keenan secara paksa. "Ayo, ayo."
Dino juga ikut - ikutan narik Keenan dengan antusias. "Dewa Penolong gue udah dateng."
Keenan yang ditarik - tarik oleh kedua sahabatnya hanya pasrah dan nurut saja waktu mereka mendudukkannya layaknya paduka raja di kursinya.
"Tas, tas." Albert mm enarik - narik tas yang masih ada di punggung Keenan.
"Eh, aduh, geli. Hahaha ...." Keenan tertawa karena selain Albert, Dino juga ikutan menarik - narik tasnya tanpa sengaja menyentuh daerah sensitif di tubuhnya membuatnya kegelian.
"Tas lo Keen, cepetan." Albert yang gagal mengambil tas Keenan langsung protes.
"Gue belum ngerjain PR, nih." Dino menambahkan.
"Iya, iya. Sabar, dong." Meskipun hal ini sudah bukan yang pertama kalinya, tetap saja Keenan merasa heran karena suasana kelas tidak ada yang berubah terutama kedua sahabatnya. Ya, mereka memang tidak pernah mau berusaha untuk berubah mungkin. "Nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Keenan (Completed)
Fiksi Remaja(Biasakan FOLLOW dulu sebelum membaca) Ini tentang Keenan dan semua rasa sakitnya. Ada banyak kesedihan yang tersimpan di balik sebuah senyuman. "Jangan menyimpan rasa sakit itu sendirian. Berbagilah rasa sakitmu denganku."