Keenan mengunjungi danau kesayangannya hari Minggu ini. Biasanya dia datang ke sini karena merasa bosan di rumah, tapi kali ini beda. Danau itu bukan lagi menjadi tempat pelampiasan kekesalannya karena mama dan papa tidak ada di rumah atau karena kedua sahabatnya nggak ngajakin nongkrong, tapi karena dia tiba - tiba rindu melihat air jernih di danau itu.
Keenan duduk di atas rerumputan sambil menekuk kedua lututnya. Menatap air danau yang jernih dan menikmati udara pagi yang segar karena di sekitar situ banyak pepohonan.
"Lho? Keenan?" terdengar suara kaget seseorang.
Keenan juga kaget tiba - tiba ada seseorang bicara padanya, mengusik kesendiriannya. Dia menoleh dan lebih kaget lagi melihat Cindy berdiri di belakangnya. "Cindy?"
Cindy langsung terlihat senang dengan pertemuannya dengan Keenan ini. Dia langsung duduk di sebelah Keenan. "Kamu kok bisa ada di sini?"
Pertanyaan Cindy juga adalah pertanyaan yang akan Keenan ajukan. "Hah? Aku sering ke sini kalo lagi nyantai. Kamu sendiri ngapain di sini?"
"Jadi kamu juga sering ke sini?"
Keenan mengangguk. "Iya."
"Aku juga sering dateng ke sini, tapi kok kita nggak pernah ketemu, ya?" Cindy bertanya - tanya sendiri dengan heran.
Keenan memikirkan hal yang sama. "Bener juga ya, kalo dipikir - pikir. Kita berdua sama - sama sering ke sini tapi nggak pernah ketemu. Baru hari ini kita ketemu. Apa kebetulan itu kayak gini, ya?"
Cindy tertawa. "Iya, bener. Ini kebetulan. Bener - bener kebetulan."
Melihat tawa Cindy membuat Keenan cukup senang. Pasalnya sejak hari dimana dia menolak perasaan cewek itu, baru kali ini mereka benar - benar bertemu tanpa rasa canggung, seolah - olah semuanya sudah kembali seperti semula. Mungkin memang mereka sama - sama membutuhkan waktu agar semuanya bisa kembali normal lagi. Dan hari ini saatnya kembali menjalani hubungan yang normal seperti sebelumnya.
Setelah percakapan pembuka mereka, butuh waktu beberapa menit untuk melanjutkan pembicaraan ke hal yang lain. Dan waktu beberapa menit itu mereka gunakan untuk menikmati pemandangan danau yang indah.
"Ngggg ... Keen ...." Cindy tampak ragu - ragu mengatakan sesuatu.
"Ya? Kenapa?" tanya Keenan menoleh ke arah Cindy.
"Soal hari itu .... Hari di taman waktu itu .... Aku minta maaf."
Keenan mengerti apa yang dikatakan Cindy. Tapi seharusnya bukan Cindy yang minta maaf melainkan dia.
"Aku minta maaf udah bikin kamu ngerasa nggak nyaman dan bikin hubungan kita jadi canggung."
"..."
"Sebenernya aku nggak bermaksud apa - apa, kok. Aku cuma berusaha buat ngungkapin apa yang selama ini aku rasain. Aku udah nyimpen perasaan itu lama banget. Karena aku udah suka sama kamu sejak pertama kali ketemu kamu pas MOS di SMA."
"..." Keenan hanya diam, cuma bisa mendengarkan apa yang Cindy katakan.
Melihat ekspresi Keenan saat menatapnya membuat Cindy buru - buru menjelaskan. "Aku nggak akan nembak kamu lagi atau maksa kamu buat jawab pertanyaan aku lagi, kok. Kamu jangan salah paham."
Keenan cuma mengangguk tanpa bicara apa - apa.
Cindy memperbaiki posisi duduknya dan kembali diam dan mengalihkan pandangannya ke danau. Dia takut kalau dia lanjutkan pengakuannya, Keenan akan marah dan menolaknya lagi seperti waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keenan (Completed)
Jugendliteratur(Biasakan FOLLOW dulu sebelum membaca) Ini tentang Keenan dan semua rasa sakitnya. Ada banyak kesedihan yang tersimpan di balik sebuah senyuman. "Jangan menyimpan rasa sakit itu sendirian. Berbagilah rasa sakitmu denganku."