Tamara berlari menyusuri lorong rumah sakit sambil menangis. Tidak peduli dengan kedua kakinya yang lelah karena berlari dari jauh. Yang ada di pikirannya cuma Keenan. Di telepon Iqbal sudah menjelaskan semuanya tentang penyakit Keenan tanpa kurang sedikit pun. Tamara juga tahu kalau Keenan sangat membutuhkan ginjalnya dan dia sudah mempersiapkan semuanya.
Tamara bertemu Iqbal yang sengaja menunggunya di depan ruang ICU. Dia berlari menghampiri anak sulungnya itu."Iqbal."
"Mama."
"Keenan di mana? Mama mau ketemu sama dia? Di mana adik kamu sekarang?" Tamara menangis sambil menarik - narik krah baju Iqbal.
"Keenan di dalam," jawab Iqbal. "Sama bi Pur dan mang Asep."
Tamara langsung melewati Iqbal dan masuk ke ruang ICU, menemui anak bungsunya.
Iqbal mengikutinya.
Tamara masuk dan disambut sapaan dari bi Pur dan mang Asep. Tapi Tamara mengabaikan mereka karena pandangannya cuma tertuju pada anak laki - laki berusia 16 tahun yang sekarang ini terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat dan lengan diinfus. Tamara tidak bisa menyembunyikan kesedihannya melihat anak laki - lakinya yang biasanya selalu terlihat sehat dan baik - baik saja, sekarang lemah seperti ini.
Tamara mendekati Keenan dan langsung mencium keningnya serta mengusap kepalanya. "Keenan, ini Mama. Mama datang. Maaf kalau Mama terlambat."
"..."
"Keenan. Ini Mama, Sayang."
Iqbal cuma memandangi mamanya dalam diam. Dia tahu Tamara begitu menyayangi Keenan, tapi yang dia tidak habis pikir kenapa Tamara dan Raffi selalu sibuk kerja dan meninggalkan Keenan sendirian?
Keenan sedikit bergerak dan membuka matanya perlahan.
"Keenan?" Tamara senang Keenan membuka matanya. "Keenan, ini Mama, Sayang. Ini Mama."
Keenan menolehkan kepalanya sedikit dan melihat wajah mamanya. "Mama?" sapanya lemah.
Tamay mengusap air matanya dan tersenyum sambil membelai wajah Keenan. "Iya, ini Mama.'
"Mama udah pulang?"
Tamara mengangguk - angguk. "Iya, Sayang. Mama sudah pulang. Gimana keadaan kamu? Yang mana yang sakit? Bilang sama Mama."
Keenan menggeleng lemah, tandanya sekarang dia merasa tidak ada yang sakit.
Tamara cuma mengangguk. "Maafin Mama, ya. Mama selalu ninggalin kamu sendirian. Mama juga nggak tahu kalau kamu sakit. Maafin Mama ya, Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Keenan (Completed)
Teen Fiction(Biasakan FOLLOW dulu sebelum membaca) Ini tentang Keenan dan semua rasa sakitnya. Ada banyak kesedihan yang tersimpan di balik sebuah senyuman. "Jangan menyimpan rasa sakit itu sendirian. Berbagilah rasa sakitmu denganku."