9. Uang Jajan

499 32 3
                                    

Keenan mulai bingung, dia sudah tertangkap basah dan apa pun alasan yang dia berikan pasti Iqbal tidak akan mempercayainya dengan mudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keenan mulai bingung, dia sudah tertangkap basah dan apa pun alasan yang dia berikan pasti Iqbal tidak akan mempercayainya dengan mudah.

"Kakak tanya, ke mana aja kamu seharian ini?" Iqbal menuntut jawaban Keenan dengan lebih tegas tapi tetap tanpa menaikkan volume suaranya, karena Iqbal paling tidak bisa berteriak pada Keenan.

"Aku ke sekolah." Meskipun tahu itu kebohongan tapi Keenan tetap konsisten pada jawaban awalnya. Dia tidak peduli Iqbal akan percaya atau tidak. "Mungkin orang yang Kakak temui di sekolah itu bukan temen sekelas aku."

"Kakak juga sudah telepon guru kamu." Iqbal menambahkan, membuat Keenan makin tidak berkutik. "Kakak harus beralasan mengkonfirmasi ijin sakit kamu biar bisa tanya langsung ke guru kamu, kamu ada di sekolah apa enggak. Dan hasilnya, kamu nggak ada di sekolah."

"..." Keenan diam, tidak berani menatap wajah kakaknya.

"Kakak cuma pengen tahu kamu ke mana? Apa selama ini kamu juga selalu kayak gini? Selalu bolos sekolah tanpa jelas pergi ke mana? Mentang - mentang mama sama papa jarang di rumah, kamu pikir kamu bisa bertindak sesuka kamu, Keenan?" Entah karena marah atau khawatir, Iqbal tanpa sadar berbicara terlalu keras.

"Kamu nggak bisa kayak gini! Seenggaknya karena sekarang ini Kakak kamu ada di rumah, kamu hargain Kakak! Kamu tuh seolah - olah nganggep kalo Kakak kamu nggak ada di sini sekarang! Kamu marah sama Kakak, hah?!"

"Kak Iqbal, udahlah." Keenan menyela. "Aku hari ini ke sekolah dan aku nggak bohong. Terserah Kakak mau percaya apa enggak. Aku capek, mau istirahat." Tanpa mempedulikan kakaknya yang jelas tidak mempercayainya, Keenan berjalan melewati Iqbal. Menghindari perdebatan mereka.

"Keenan! KEENAN!"

"..."

Iqbal mengusap kasar wajahnya dengan telapak tangannya dan menghela napas menyerah.

🍁🍁🍁


Keenan rebahan di tempat tidurnya sambil membaca buku. Ponselnya terus bergetar. Di layar ponsel tertera nama 'Mama' dan 'Papa' berantian meneleponnya, tapi Keenan terus mengabaikannya dan berkutat pada buku yang dipegangnya. Tapi lama - lama Keenan kesal juga dan menyambar ponsel yang sejak tadi ada di sebelahnya.

Dipandanginya layar ponsel yang bergantian tertera nama mama dan papa, dan tidak jarang juga mereka menelepon bersamaan sehingga malah tidak nyambung dan ponsel Keenan bisa istirahat sejenak. Tapi setelah nyambung mereka terus menelepon.

Meskipun memegang ponsel yang sedang ditelpon mama dan papa, tapi pikiran Keenan sekarang ini tidak sepenuhnya tertuju ke mereka melainkan tertuju ke hal lain.

"Kamu nggak bisa kayak gini! Seenggaknya karena sekarang ini Kakak kamu ada di rumah, kamu hargain Kakak! Kamu tuh seolah - olah nganggep kalo Kakak kamu nggak ada di sini sekarang! Kamu marah sama Kakak, hah?!"

Keenan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang