"My little Brother, where are you?!"
Bi Pur dan mang Asep langsung keluar dari dapur dan kaget melihat Iqbal datang mendadak.
"Den Iqbal?" Mang Asep sampai membelalakkan matanya saking kaget plus senang.
"Lho? Den Iqbal?" Bi Pur juga sama kagetnya sampai mulutnya menganga lebar.
"Halo, Mang Asep!" Iqbal langsung memeluk mang Asep dengan gembira dan penuh rasa rindu, tidak peduli dengan mang Asep yang masih gugup karena kaget. "Udah lima bulan nggak ketemu. Mang Asep tambah tua aja, ih."
"I - iya, Den. Den Iqbal juga."
Iqbal melepaskan pelukannya dan menatap penuh selidik ke mang Asep. "Maksudnya aku juga tambah tua, gitu?"
"Hah? Bukan, bukan. Maksud saya, Den Iqbal juga tambah ganteng."Iqbal langsung tertawa. "Ah, Mang Asep paling bisa bikin orang seneng." Iqbal menoleh ke arah bi Pur yang sedang memegang nampan berisi makanan. "Wuih, Bi Pur tahu aja kalo aku mau dateng. Udah disiapin makanan, nih. Aku sayang sama Bi Pur. I love you, Bi Pur." Iqbal mau memeluk bi Pur tapi terhalang nampan dan itu bikin Iqbal kesal. "Ah, nggak bisa meluk. Ntar - ntar aja, deh."
"Den Iqbal bagaimana kabarnya, Den?" tanya bi Pur.
"Kabar aku tetep baik, kok. Oh iya, ini susu cokelat kan kesukaan Keenan?" Iqbal melihat susu cokelat di atas nampan. "Ini makanan buat Keenan, kan? Keenan pasti udah pulang sekolah jam segini. Di mana dia?"
Bi Pur dan mang Asep saling beradu pandang saat Iqbal menanyakan Keenan. Wajah mereka juga langsung berubah sedih.
Melihat wajah sedih kedua pembantunya membuat senyuman Iqbal mulai memudar. Dia mulai sadar telah terjadi sesuatu sebelum dia datang. "Ada apa, sih?"
Bi Pur tampak ragu - ragu mengatakannya. "Sebenarnya begini, Den ...."
🍁
Iqbal membawa nampan berisi makanan ke kamar Keenan. Saat sampai di depan pintu Iqbal mengetuk pintu dulu sebelum masuk.TOK TOK TOK
"Keen, ini Kakak. Kakak boleh masuk, kan?" tanya Iqbal.
"..." Tidak ada jawaban dari dalam.
Iqbal memang tidak mengharapkan ada jawaban dari dalam, tapi sekedar memberitahu dulu sebelum dia masuk ke dalam.
"Kakak masuk, ya?" tanya Iqbal sekali lagi, lalu dia menggunakan sebelah tangannya yang nggak memegang nampan untuk menarik knop pintu perlahan.
Pintu terbuka dan Iqbal bisa melihat suasana kamar adiknya yang masih berantakan dengan serpihan kaca berserakan di lantai. Bi Pur memang belum sempat membersihkan kamar itu karena takut mengganggu Keenan.
Kamar Keenan kosong, selimut berantakan di atas tempat tidur. Iqbal meletakkan nampan di atas meja dan celingukan mencari keberadaan Keenan. Pintu kamar mandi sedikit terbuka sehingga Iqbal berpikir mungkin adiknya ada di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keenan (Completed)
Roman pour Adolescents(Biasakan FOLLOW dulu sebelum membaca) Ini tentang Keenan dan semua rasa sakitnya. Ada banyak kesedihan yang tersimpan di balik sebuah senyuman. "Jangan menyimpan rasa sakit itu sendirian. Berbagilah rasa sakitmu denganku."