Malam harinya terdengar alunan musik yang lembut nan merdu di rumah Keenan. Suara musik itu terdengar sampai seluruh sudut rumah. Siapa pun yang berada di rumah itu sudah bisa dipastikan akan mendengar musik indah itu. Tamara dan Iqbal berdiri di dekat pagar pembatas lantai dua sambil saling tersenyum memandang ke bawah. Menikmati alunan musik indah itu. Sedangkan bi Pur dan mang Asep berdiri di ambang pintu dapur sambil senyum - senyum sendiri menatap ke ruang tengah.
Alunan musik indah berasal dari not - not piano yang dimainkan oleh Keenan. Dia duduk di belakang piano sambil ke sepuluh jari tangannya menekan not - not di piano sehingga menghasilkan suara yang lembut. Siapa pun yang mendengarnya pasti merasakan getaran di hatinya. Meskipun hanya memainkan piano tanpa menyanyi, Keenan tetap bisa menciptakan musik yang bisa menggetarkan hati. Ya, Keenan memang paling jago bermain piano.
Tamara tidak bisa berhenti tersenyum mendengar permainan piano Keenan. "Sudah lama banget Mama nggak mendengar Keenan main piano."
Iqbal mengangguk setuju. "Hm. Emang udah lama banget, Ma. Keenan bilang dia mau lebih fokus belajar makanya dia jarang banget main piano. Tapi meskipun udah hampir nggak pernah memainkannya, kemampuan Keenan tetep sama kayak dulu. Dia tetap berbakat."
Tamara mengiyakan. "Sama seperti papa kamu waktu muda dulu, Iqbal. Dia juga pandai banget main piano, makanya dulu Mama jatuh cinta sama papa kamu." Tamara tampak senyum - senyum malu mengingat masa mudanya dengan Raffi.
"Mungkin karena itu Keenan memainkan piano itu setelah sekian lama. Keenan keinget sama papa."
Senyuman Tamara memudar dan berubah sedih. "Jadi karena papa kamu?"
"Udah dong, Ma." Iqbal memegang pundak mamanya. "Mama jangan sedih lagi. Sekarang kita biarin aja
Keenan sama apa yang dia ingin lakukan. Kalo dia lagi sedih biarin dia sedih, kalo dia pengen nangis biarin aja dia nangis. Biarin dia luapin semua kesedihannya."Tamara mengangguk lagi. "Iya, kamu bener, Iqbal."
Mereka pun kembali menikmati musik indah dari permainan piano Keenan.
Meskipun senang, Tamara merasa ada ketakutan di hatinya saat melihat Keenan. Menyadari ada banyaknya kebahagiaan yang diciptakan oleh Keenan di rumah, membuat Tamara takut akan kehilangan 'kebahagiaan' itu suatu hari nanti.Mama harap akan selalu mendengar permainan piano kamu, Keenan. Jangan pernah pergi jauh dari Mama ya, Sayang?
🍁🍁🍁
Cindy berlari di lorong - lorong kelas dan menanyai siapa pun yang ditemuinya. Hari ini jam istirahat. Lorong kelas dipenuhi para murid yang berseliweran. Karena gagal mendapatkan apa yang diinginkannya di lantai dua, Cindy menjelajahi lantai satu yang pastinya lebih luas dari pada yang ada di atas. Meskipun lebih luas tapi kesempatan untuk segera mendapatkan apa yang diinginkannya jauh lebih besar karena lebih banyak murid yang bisa ditanyainya.
Cindy merasa menyesal, kenapa kelasnya selalu keluar terakhir di jam istirahat jadi dia harus selalu melakukan hal ini. Sebenarnya dia bisa saja menunggu, tapi Cindy tipe orang yang tidak sabaran. Ya, itulah Cindy. Dan setiap bertemu orang, pertanyaan yang diajukannya selalu sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keenan (Completed)
Ficção Adolescente(Biasakan FOLLOW dulu sebelum membaca) Ini tentang Keenan dan semua rasa sakitnya. Ada banyak kesedihan yang tersimpan di balik sebuah senyuman. "Jangan menyimpan rasa sakit itu sendirian. Berbagilah rasa sakitmu denganku."