Jakarta, 2011
Seorang anak laki-laki terpejam menikmati angin yang menyentuh setiap inci wajahnya,mengingat bahwa sekarang adalah pelajaran matematika, rasanya ingin kabur saja.
Kegiatan awalnya terhenti saat mendengar sebuah gumaman dari ujung atap. Ia lalu menghampiri seorang gadis berselonjor dengan kepala yang menunduk beserta isakannya. Aldi awalnya ingin menyapa, namun niatnya ia urungkan saat gadis itu melihatnya lebih dulu.
"Nanda?" ucapnya melambaikan tangan.
Nanda menyapu bersih ingusnya dan memasang kembali kacamatanya yang basah. Ia lalu beranjak dari duduknya dan berniat ingin meninggalkan Aldi.
"Eh, lo belum balas sapaan gue!"
Nanda menghiraukan ucapan Aldi dan terus melangkah ke arah pintu. Namun, belum sempat ia menggapai gagang pintu, Nanda kehilangan keseimbangan dan kembali terduduk.
Aldi tersentak kaget dan berniat ingin menolongnya. "Hei, lo nggak apa-apa?"
Namun, alih alih berterimakasih dengan kehawatiran Aldi, Nanda kembali berdiri dengan keseimbangan yang kurang. "Heh! Lo harus ke UKS," ucap Aldi merasa gemas akan kelakuan Nanda yang acuh tak acuh dengan keberadaannya.
"Nggak perlu! Aku bisa sendiri."
Dalam hitungan detik Nanda kembali terjatuh, kali ini ia tak sadarkan diri. Serta-merta Aldi membopong gadis itu dan membawanya turun menuju UKS melalui tangga yang terbilang cukup panjang.
"Bagaimana keadaan Nanda, Dok?"
"Nanda hanya dehidrasi, dia hanya kekurangan cairan, selebihnya dia terlalu banyak pikiran dan akhirnya stress."
"Saya akan memberikan resep obat untuknya."
Aldi mengangguk dan sedikit mengintip keberadaan Nanda di balik gorden biru. Ia menyipitkan matanya kala Nanda yang sudah terbangun sembari mengelus perut ratanya dengan raut wajah yang nampak cemas.
•••
"Lo nggak apa-apa, Nan? Ko udah balik?" Aldi bertanya di tepi lapangan basket akan kehadiran Nanda yang membuatnya kehilangan konsentrasi. Bagaimana gadis itu bisa kembali dengan keadaan yang masih tidak stabil.
Merasa tidak nyaman dengan situasinya saat ini, Nanda hanya menggeleng pelan. Ia takut dengan kawan kawan Aldi yang nampak tak suka dengannya, belum lagi dengan perawakan mereka yang menyeramkan.
"Makasih."
Satu kata keluar dari bibir Nanda yang sukses membuat Aldi berdebar untuk pertama kalinya setelah dua bulan mengenalnya. "Mau gue antar pulang?" tawar Aldi menghalangi Nanda ketika gadis berponi rata itu melangkah meninggalkannya.
Ia kembali menggeleng ribut. "Nggak perlu!"
Aldi kembali tersenyum pahit, ia tahu fakta bahwa Nanda merupakan gadis pendiam yang tidak mudah didekati dan dibenci banyak orang. Padahal, Nanda adalah gadis manis yang hanya mengasingkan diri dari kerumunan jemaah.
Namun, sejak hari pertama melihat Nanda, Aldi akui ia telah jatuh cinta padanya. Gadis manis dengan sweater pink yang tak pernah lepas dari tubuhnya. Nanda si cewek cupu yang hanya dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas kawan-kawannya. Dan baginya Melindungi Nanda adalah alasan Aldi jatuh cinta padanya.
Merasa begitu lama mengobrol dengan lawan bicara, kawan satu tim Aldi—Rey— melempar bola oren ke arah Nanda, meski niat awalnya untuk Aldi.
Aldi yang menyadari hal itu dengan cepat menyambut bola basket yang hampir menyentuh ubun-ubun Nanda, lalu melemparnya memasuki ring.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANDA - Park Jeongwoo
Teen FictionBerkisah tentang Nanda, seorang gadis SMP kelas tiga yang sudah lulus beberapa hari lalu. Ia harus berjuang dalam hubungan jarak jauh dengan sang pacar yang melanjutkan studi ke Swiss dalam tiga tahun. Akan tetapi, keduanya malah membuat kesalahan f...