Tono berjalan cepat ke kelas Aldi dan kemudian duduk di sampingnya. "Al lo tau ngga gue ada informasi yang gila banget," ucapnya heboh dengan mata yang melotot. Aldi hanya membuang napas berat dan kembali memainkan ponselnya, hapal akan habitat konconya yang seolah mendapat kabar menghebohkan, padahal hanya melihat kucingnya kawin di kamar mandi.
"Apa? Kalo lo ngebahas kucing lo kawin lagi, atau dapat sepuluh pulpen dari hasil mencuri di ruang osis, gue ogah dengerinnya."
Ngomong-ngomong soal Tono yang maling pulpen, itu adalah salah satu alasannya ikut OSIS. Ia juga pernah berkata pada Aldi bahwa diterima masuk OSIS itu bonus kalau curi pulpen mereka itu harus. Sinting memang.
"Engga Al, ini itu tentang Nanda," katanya. Aldi langsung melepas ponsel dan membenarkan duduknya menghadap Tono. Laki-laki itu lantas menjulid menanggapi betapa bucinnya Aldi pada Nanda. "Soal Nanda aja lo, langsung lihat gue."
"Emang sih gue tuh nggak pernah dipandang," ucapnya dramatis, menghapus air matanya yang....Tidak ada. Aldi menjitak keras kepala Tono yang ah sangat menyebalkan. "Emang ada info apa tentang Nanda? Ko gue nggak tau apapun."
"Kemaren pas gue jemput, dia lagi sakit. Pesan gue nggak dibalas juga dari kemaren, emang dia sekolah hari ini?"
"Nanda tadi sekolah tuh, gimana sih lo. Kalo gini mah gagal jadi calon pacar yang baik namanya," sindir Tono setelah menyedot es cekek marimas.
Aldi menautkan alis kemudian melihat kembali room chat di ponselnya, Nanda hanya membaca pesannya saat ia menanyakan keadaan gadis itu. Aldi kembali mendesah pasrah meletakan pipi di kepalan tangannya. Ia pikir setelah kejadian sore hari di rumah Nanda dan jemputannya ke sekolah untuk yang pertama kalinya, Nanda telah jatuh cinta padanya, namun nyatanya mendapatkan cinta dari gadis itu teramat sulit.
"Terus Nandanya dimana, ko nggak kelihatan?" tanya Aldi lagi, celingukan menatap arah pintu. Penasaran akan kehadiran Nanda yang tak kunjung nampak sedari tadi, padahal jam sudah menunjukan pukul 07.55.
"Pulang."
"Pulang?" Aldi mengernyitkan jidat, bertanya-tanya. Setelahnya Tono menjelaskan apa yang telah ia dengar dari seorang saksi saat melihat kejadian di toliet barusan, Aldi lantas menautkan kedua alisnya kemudian berdiri menatap gadis berambut pirang yang baru saja masuk kelas.
"Eh mau ngapain lo, Al?" Tono langsung menghentikan aksi Aldi yang benar-benar seperti singa kelaparan saat menatap Santi, nampaknya ia telah diburu oleh emosi. "Jangan gila lo Al, Santi tuh cewek!" imbuh Tono lagi.
"Dia aja sebagai cewe ngga ada simpatinya sama sekali sama Nanda yang juga cewe!"
"Gue tau Al, gue tau, tapi lo jangan cari gara-gara. Lo kaya ngga tau Santi aja gimana."
"Ya tapi ini sudah kelewat batas, Ton. Gue tau Santi licik orangnya, tapi bukan berarti gue bisa nerima apa yang udah dia lakuin sama Nanda," balas Aldi.
Tono kini berdiri cepat di hadapan Aldi—"Udah lo tenang dulu, Nanda juga udah selamat dan diantar pulang sama Erick," ucapnya, ia terus menerus menghalangi langkah Aldi yang berusaha mendatangi Santi.
"Erick? Maksud lo Erick MIPA 3, cowoknya Santi?"
•••
Nanda menuruni motor sport hitam Erick kemudian melepas helm biru itu. "Makasih ya, oh iya ini jaket kamu aku cuciin dulu nanti aku balikin lagi," ucap Nanda tersenyum dan dibalas anggukan oleh Erick. "Mau mampir? Ibu ada di dalam," tawar gadis itu lagi.
"Boleh juga, sekalian mau cubit pipinya Nada, kangen banget lama nggak ketemu," laki-laki itu tertawa renyah setelah melepas helm cakilnya. Nanda kemudian tersenyum simpul dan memimpin Erick untuk masuk ke dalam rumah. Anjani lalu melihat anaknya yang kembali pulang pun merasa heran, dan membumbuinya dengan banyak pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANDA - Park Jeongwoo
Roman pour AdolescentsBerkisah tentang Nanda, seorang gadis SMP kelas tiga yang sudah lulus beberapa hari lalu. Ia harus berjuang dalam hubungan jarak jauh dengan sang pacar yang melanjutkan studi ke Swiss dalam tiga tahun. Akan tetapi, keduanya malah membuat kesalahan f...