0.19. Makan Malam dengan Nanda

49 15 0
                                    

Beberapa hari telah berlalu, kini masa ujian telah habis dan hari ini adalah hari terakhir di semester satu setelah pembagian rapor. Usai pulang sekolah, Tono dan Aldi langsung berburu ke sebuah toko baju di salah satu pusat perbelanjaan kota Jakarta.

"Wah gila, lo ngapa bawa gue ke sini sih, Al? Duit gue cuma ada 500 ribu. Lah ini celana doang harganya 450 ribu, belum lagi bajunya," ungkap Tono memandang sebuah celana bahan berwarna denim.

"Tapi lo suka kan?" Aldi memastikan, dan Tono mengangguk. "Yaudah ambil," balas laki-laki jangkung itu lagi.

"Mata lo! Lo mah kaya, mana tau artinya hemat! Temenin gue ke toko di luar mall aja, di sini mah 450 ribu udah paling murah," ucap laki-laki yang tak kalah tinggi itu ingin beranjak.

Aldi menghembus napas berat kemudian mengambil celana yang bergantung itu dan melemparnya pada Tono. "Ambil, sebelum gue berubah pikiran!"

Tono lantas berbalik mengambil celana bahan yang tergeletak di kepalanya. "Al," panggilnya dengan mata berbinar.

"Apasih?!"

"Udah sana lo cari baju lagi!" usir Aldi merasa jijik. Ia kemudian berdehem—"Sama ini, cariin baju yang pas buat gue juga," pinta Aldi dengan nada rendah.

"AMAN!"

Keduanya kini berburu dari toko A hingga Z mencari baju yang cocok untuk Aldi. Semuanya memang terlihat cocok, karena tubuh Aldi sudah bagus. Masalahnya adalah di dirinya sendiri yang katanya tidak PD.

"Lo cakep anjir pake beginian!"

"Biasanya kan lo pakai kaus doang, nah kali ini lo terlihat gagah dan berwibawa," puji Tono. Ia memang berkata jujur akan hal itu, Aldi benar-benar terlihat sangat tampan mengenakan kemeja hitam dengan lengan baju yang dilipat hingga bawah siku dan celana jeans berwarna cream sobek di bagian lutut yang memberi kesan jenjang pada kakinya.

"Ini kaya mau ke acara formal tau nggak, nggak mau ah!"

"Heh dengerin gue, ajak Nanda makan malam. Terus, lo minta maaf sama dia karena selama ini udah kejar-kejar dia dan bikin dia ngerasa terganggu. Gue yakin habis itu dia bakal bilang Aldi sebenarnya gue suka ko sama lo, percaya sama gue!" cerca Tono meniru bicara ala perempuan saat berkata ucapan Nanda yang ada di dalam khayalannya.

"Jaga mulut lo ya, Nanda bukan cewek yang gampang bilang suka kaya yang lo bilang!" balas Aldi tak terima.

"Tapi ide lo yang ngajak makan malam itu oke juga," imbuhnya masih menatap diri di depan kaca besar.

Setelah selesai, keduanya menuju kasir. "Berapa semuanya, Mbak?"

"Sama mas ini juga?"

"Iya."

"Totalnya 4juta 800 ribu ya, Mas."

Tono tertegun setelah menerima paper bag yang berisi baju serta celana yang dibelikan Aldi barusan, nampaknya ia harus terus berterimakasih pada konconya itu. Atau menjadi budaknya?

"Al, makasih ya kalo nggak ada lo kayanya gue jadi gembel deh."

"Iya."

"Gue serius!"

"Gue juga serius!" jawab Aldi tak mau kalah setelah memberikan kartu hitam pada wanita kasir di sebrangnya.

Pandangan Tono beralih pada wanita berpakaian minim itu, ia tersenyum namun nampak tertahan. Tono yang paham akan senyuman itu lantas tidak terima. "Saya normal ya, Mbak!"

"I-iya, Mas," balasnya merasa tidak enak.

"Eh, Ton, apa gue kabarin Nanda sekarang aja ya?" Aldi meminta saran setelah mereka keluar dari toko baju. "Bisa aja sih, biar dia nggak kelimpungan. Cewek kalo dandan beh dari lo berak sampai lo berak lagi juga dia belum kelar."

ALANDA - Park JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang