Di dalam interior yang terpajang begitu banyak miniatur alat musik, Aldi dengan enggan melunturkan senyumannya saat menatap layar ponsel. Hanya karena sebuah balasan pesan singkat dari Nanda.
Iya, aku sudah sampai rumah, kamu?
Ugh, Aldi hampir ingin menghancurkan kasur berukuran rajanya karena tak berhenti meloncat, ia beranggapan bahwa ia tengah bermain di trampolin sekarang. Aldi lalu berjalan hilir mudik demi memikirkan balasan yang tepat untuk Nanda. Tidak menjijikan tidak juga simpel.
Sudah Nanda, kamu udah makan siang? Mau aku bawain makanan?
"A-aku?"
"Sejak kapan gue aku akuan gini?"
Setelah membalas pesan dari Nanda yang ia pikirkan selama setengah jam lamanya, tak henti hentinya Aldi menatap layar ponsel saat benda persegi itu terus berbunyi. "Agh! Jatuh cinta seribet ini ternyata!"
Aldi menghempaskan tubuhnya ke kasur sembari menatap cakrawala yang dilapis kaca jendela, menyungging senyum sambil meraba dada bidangnya, mengenapkan sang pujaan hati yang terlihat mulai membalas perasaannya, saat tubuh mungil itu mendekap erat tubuh Aldi.
Aldi lantas terkejut bukan main saat Nanda melekapkan tubuh mereka di depan loker. Matanya melejit akan secuap pengakuan kelu dari bibir gadis itu. "Aku... Aku bersyukur kenal kamu."
"Aku mohon jangan pernah berubah meski kamu tahu tentang masalalu aku," ucap Nanda tak melonggarkan dekapannya pada tubuh basah Aldi. Lelaki itu lalu membalas pelukannya, menautkan lengan panjangnya pada pinggang ramping Nanda. "Seperti apa yang gue bilang. Gue nggak peduli sedikitpun tentang masa lalu lo. Apapun itu baik buruknya lo, gue akan terima."
•••
Sama halnya dengan Nanda, pandangannya tak pernah lepas dari benda canggih berbentuk persegi itu. Namun bedanya, gadis itu tak sama sekali menyungging senyum di bibirnya. Penyesalan menimpanya ketika ia terlanjur mengucapkan hal yang tak sepatutnya ia ungkapkan pada Aldi saat ia memeluk tubuh laki-laki itu. Pada akhirnya Nanda meyakini betul Aldi akan meninggalkannya, setelah mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.
Ia tersenyum pahit melihat pesan singkat dari Aldi yang kembali berharap padanya. Bahkan kini lebih. Nanda kemudian menatap Denada yang bermain di baby walker sambil bermain dengan patung burung merpati, tugasnya adalah membuat sang putri bahagia. Bukannya menjadi egois dan berharap mendapat peran utama dalam cerita romansa.
Tok tok tok
Nanda lalu mengalihkan perhatiannya pada pintu utama. Serta-merta tubuhnya beranjak dari sopa dan mendatangi seseorang yang kini hendak bertamu.
"Aldi?"
Aldi menenteng sebuah kresek merah berisi wafel. Ia tahu betul makanan penutup kesukaan Nanda, entah sejak kapan ia mengetahui hal yang tak begitu penting itu. Tapi jangan salah, bagi Aldi makanan kesukaan Nanda adalah bagian terpenting, bahkan ia harus tahu berapa kali kunyahan saat Nanda memakan sesuatu. "Tada! Kamu kan bilang udah makan. Jadi, aku bawain dessert aja deh," ucapnya menggaruk telinga yang memerah. Selain malu dengan Nanda, ia sedikit kikuk dengan gaya bicaranya yang terdengar asing.
Nanda sedikit mengulum bibir, kali ini ia merasa gemas pada laki-laki itu. Lupakan akan segala hal yang membuatnya menyesal tentang pengakuannya kepada Aldi tadi siang, kali ini ia butuh hiburan.
"Mari masuk."
Baru selangkah berpijak, kaki Aldi tertabrak oleh kereta bayi milik Denada yang melaju ke arahnya. Tampaknya bayi kecil itu terlihat senang akan kehadiran Aldi di kediamannya. "Nada sayang, nggak boleh gitu sama Ka Aldi."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANDA - Park Jeongwoo
Teen FictionBerkisah tentang Nanda, seorang gadis SMP kelas tiga yang sudah lulus beberapa hari lalu. Ia harus berjuang dalam hubungan jarak jauh dengan sang pacar yang melanjutkan studi ke Swiss dalam tiga tahun. Akan tetapi, keduanya malah membuat kesalahan f...