7

293 31 1
                                    


"Sing apa kamu sudah menemui gun nak? kemana ya adikmu tidak biasanya menghilang seperti ini, mama sangat menghawatirkan nya" ucap Mook yang khawatir pada gun membuat off tercengang dengan yang didengarnya.

"Sudah ma,, gun sekarat bersama teman ku" ucap sing yang menyindir off dengan menekan kata teman.

"Sing... tak boleh begitu" ucap Mook dengan tidak suka karna ia berfikir bahwa sing hanya bercanda.

"Mama tidak percaya?" Tanya sing yang sebal.

"Sudahlah mama tutup,, kalau bertemu dengan adikmu jaga adikmu baik-baik jangan sampai terjadi sesuatu padanya dia masih kecil" ucap Mook dan menutup telfonnya.

"Jadi gun benar adikmu" ucap Tay.

"Masih tak percaya" tanya sing menatap off.

"Berarti orang yang gun peluk di bandara..."

ucapan off menggantung karna ia mengingat bahwa ia berubah sikapnya karena 3 bulan lalu saat ia pulang dari London ia melihat gun di bandara sedang memeluk lelaki lain.

Terlihat memang seperti sing dari tubuhnya tetapi ia tak mengira jika itu adalah sing,, dan sejak saat itu ia selalu kasar dan cuek pada gun dan parahnya pada hari ini dimana ia sampai membanting tubuh gun.

"Apa maksudmu?" Tanya sing tak mengerti.

"Aku minta maaf sing, sungguh aku tak tau jika orang itu adalah kau maafkan aku" ucap off yang ingin berlutut meminta maaf namun di tahan oleh sing jika bukan temannya mungkin dia sudah menghabisi off.

Sing membuang nafasnya kasar "Sudahlah kau selesaikan masalah mu dengan gun,, jika aku tau kau menyakitinya lagi aku tak akan pernah membiarkan gun bersamamu lagi" ucap sing yang tak mau berdebat.

Sejak tadi racha Belum juga datang tiba-tiba saja Tay mendapatkan pesan. Saat membukanya ternyata pesan dari racha yang menjelaskan kalau dia belum bisa datang saat ini karena masih memiliki jadwal yang tidak bisa di tunda nya, dan Sing menyuruh Tay untuk membalas dengan memeriksa gun dirumah nya.

Saat ini mereka bertiga berada di kamar gun, namun sing mendapatkan telfon dari orang kantor nya ia pun keluar untuk menerima telpon itu agar tidak menggangu gun istirahat. Disaat sing keluar justru gun terbangun, gun terbangun karna terasa lapar. Off yang melihat gun bangun itu itu langsung memeluk gun.

"Gunn" panggil off.

"Gimana keadaanmu ada yang sakit" tanya off sambil memutar tubuh gun kesana kemari tetapi seakan ia lupa jika tubuh gun terasa remuk karna benturan tadi membuat gun meringis kesakitan.

"Aww..." ucap gun karna sakit.

"maaf" ucap off dan tak ada jawaban dari gun, terlihat dari wajah gun antara dia kesal dan takut terhadap lelaki di depannya ini, ia hanya diam saja sampai sing datang baru gun merasa tenang.

"P'sing..." ucap gun

Sing mendekati gun yang sudah bangun dan memeluk pria didepannya itu.

"Aku ingin pulang bersamamu phi aku rindu mama dan papa" ucap gun yang memeluk sing dan menyembunyikan kepalanya di dada sing.

"Gun pulang lah bersama ku" ucap off yang mendapat gelengan dari gun.

"Baiklah kita pulang" ucap sing sambil mencium kepala gun.

Sing yang akan bangun di tarik lagi oleh gun. "Phii gendong aku tidak kuat berjalan". rengekan gun membuat sing tertawa kecil dan langsung menggendong gun.

"Kau masih saja ringan seperti dulu" ucap sing yang hanya diangguki gun.

"Bisakah kita ikut, aku juga ingin mengantar gun" ucap off disaat sing akan keluar, sing melihat mereka dan menganggukkan kepalanya.

Sesampainya mereka di mobil sing menurunkan gun dan disertai Off dan Tay yang masuk ke mobil.

Di perjalanan pulang mereka hanya diam saja tak ada yang berbicara sama sekali, sedangkan gun hanya diam memandangi luar jendela pemandangan yang dia lihat hanyalah jalan raya dengan banyak kendaraan yang berlalu lalang.

Sesampainya di rumah mereka turun, gun tidak lagi digendong ia berjalan dibantu oleh sing agar tidak jatuh karena sing merasa saat ini tubuh gun benar-benar lemas hampir tak ada tenaga sama sekali.

Sesampainya di rumah Mook dan Arm terkejut kala melihat gun dengan lilitan perban di kepalanya.

"Gun apa yang terjadi" ucap Mook yang sangat khawatir, bagaimana tidak khawatir melihat anaknya pulang dengan keadaan yang sudah penuh luka seperti ini.

"Sudah ku katakan dia sekarat bersa...." Ucap sing yang terpotong akibat ucapan gun.

"Tak apa ma gun hanya menabrak pohon tadi" ucap gun bohong. Sing sungguh tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh gun.

"Ya sudah istirahatlah lain kali kau lebih hati-hati" ucap Arm yang berada di samping gun dan diangguki oleh gun.

Mereka berjalan menuju tangga karna kamar gun berada di lantai atas. Sesampainya di depan tangga gun merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya membuat ia terhenti dari jalannya pandangan nya kabur.

"Gun... kau tak apa?" Tanya sing karna tiba-tiba langkah gun terhenti begitu saja...

....................#....................

Jangan lupa klik bintang ya 🌟😘

could never happenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang