6. Si Tukang Pipa

49 8 0
                                    

.

.

Mereka bangun saat hari sudah siang, hampir jam 12 siang. Math mempunyai ide agar mereka jalan-jalan ke Bogor untuk berburu kuliner, awalnya Gani menolak karena pasti jalanan macet tapi Math berkilah 'tak apa macet yang penting kan kita nikmati perjalanannya dan ga perlu buru-buru juga. Lagian nyetir kan bisa gantian sama kamu'

Gani akhirnya setuju dan mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama sampai akhirnya mereka tiba di rumah jam 11 malam, sesudah bersih-bersih dan mandi—seolah tanpa lelah Math meminta jatah bercinta dan tentu saja Gani melayani dengan suka cita karena mood-nya benar-benar membaik hari ini.

Gani merasa lega saat bangun di pagi harinya, karena dia tak mengalami mimpi buruk atau hal-hal yang aneh lagi. Sampai-sampai Gani berpikir, mungkin Math memang benar bahwa Gani hanya stress dan itu semua hanya bayangan dan halusinasinya saja.

Ya.. itu hanya halusinasiku, aku mungkin terlalu banyak pikiran dan sering melamun. Kupikir aku memang membutuhkan hiburan semacam ini atau bahasa lainnyahealing. Gani mencoba menyakinkan hatinya

.

.

.

Minggu pagi...


"Babe... kamu udah ngehubungin orang yang bisa betulin saluran air ngga?" tanya Math sambil memperhatikan wastafel dapur mereka.

Ya Tuhan.. mengapa aku bisa lupa? batin Gani

Cepat-cepat dimatikannya kompor yang sedang memanaskan sup kaki kambing yang mereka beli semalam. Selama kemarin, mereka kerap makan di luar rumah sehingga urusan cuci piring terabaikan.

Gani meraih ponselnya dan menekan nomor yang diberikan tetangganya—Bang Fatih.

Setelah bicara beberapa saat, dia bernafas lega ternyata si tukang bersedia datang pagi ini dan sebentar lagi ia akan datang ke rumah mereka.

"Udah?" tanya Math.

Gani mengangguk sebagai jawaban dan meneruskan memanaskan sup kaki kambing dan menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

"Sekalian nanya berapa ongkosnya, ngga?" tanya Math lagi.

"haduh.. aku lupa tapi ntar tanyain dulu deh kalau orangnya dateng—katanya sebentar lagi" jawabnya. "Yang, makan dulu..." suruh Gani

Math dengan tertib duduk di meja makan dan mereka makan bersama

Bel pintu berbunyi, ketika Gani baru menyuap sebanyak 3 sendok... Dia pun segera membukakan pintu—ternyata yang datang adalah si pria laundry—tetangganya

"Lho, Bang Fatih?" tanya Gani heran.

"Iya.. tadi telepon untuk memperbaiki saluran air kan?"

"Iya. Tapi aku ngga nyangka kalau Bang Fatih sendirilah orangnya"

"Aku periksa dulu kerusakannya, kalau bisa kuperbaiki maka aku perbaiki, jika tidak bisa—nanti aku hubungi orang yang lebih ahli"

"Oh. Baiklah. Silahkan masuk.."

"Kalian kenal?" tanya Math tiba-tiba berdiri di belakang istrinya.

"Aku bertemu dengan Bang Fatih di laundry room, dia tinggal di seberang unit kita" terang Gani

"Oh. Silahkan masuk kalau begitu—" Math segera menunjukkan wastafel dapur mereka.

"Kukira pada hari minggu begini ngga ada orang yang bersedia datang, tapi saya senang ternyata Abang bersedia" Math berbasa basi.

BENANG MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang