11. Jangan Iri

48 9 0
                                    


.

.

"Maaaattthhhh... aaahhh... geliiii..." desah Gani sedikit ngilu pasalnya Math seolah tak puas menghisapi payudaranya seperti bayi kehausan.

Padahal dia sudah mendapatkan pelepasannya tadi.

Usai pertengkaran tadi, bagi mereka selalu diakhiri dengan percintaan yang panas seolah melampiaskan rasa emosi dan merekatkan hubungan agar kembali harmonis.

"Aku mau puas-puasin dulu sama ini.... hmmm...." Math menjilati buah dada Gani yang menurutnya besar dan seksi sambil meremasnya gemas.

"Aaahhhh... tapi ngiluu, sayangg... Kamu horny lagi?"

Math nyengir lantas mencium bibir Gani panas, tubuh telanjangnya menindihnya dan merangkulnya erat, jika Math sudah nafsu seperti ini—sumpah Gani agak kewalahan.

"Yang.. ada baby—" bisik Gani di telinganya

"Ughh..." Math melonggarkan rangkulannya dan menjauh sedikit dari tubuh istrinya

"Sorry, uncontrol..." kilahnya lantas mencium kening Gani. "Ntar kamu kebagi dua sama baby, bukan milik aku sepenuhnya"

"I'm yours, Math. Always yours. Nanti pas bayinya lahir, yang ada malah kamu ga perhatian lagi sama aku"

Math hanya tersenyum lantas tubuhnya menurun dia mengecupi perut istrinya yang masih rata sambil dielusnya dengan lembut

"Kamu sadar ngga sayang, mungkin ini rezeki baby—dia hadir saat albumku mau launching, seperti udah di-planning kalau dia lahir, kita sudah ada persiapan"

Gani tersenyum dan mengelus kepala Math "Ya, aku juga mikir kesana"

"She's a gift, wonderful gift"

"She? Kamu yakin ini perempuan?"

"Mudah-mudahan perempuan. Kamu kan tahu aku suka ngebayangin anak kita sama kayak kamu cantiknya"

"Kamu gombal banget—"

"Coba bayangin, aku dikelilingi para bidadari cantik"

Aku tertawa kecil "Kalau laki-laki?"

"Pasti gantenglah—ganteng kayak aku"

"Kebayang, baru 2 tahun udah diajarin gitar elektrik"

"Harus"

"Aku mau ajarin dia pasal-pasal KUHP aja.." Gani tertawa

"Euh... nyindir.. mentang-mentang aku udah lupain tuh pasal-pasal" Math pura-pura merajuk dan mulai mengelitiki pinggang Gani

"Aww.. geli.... jangaaann... ampunnn" Gani menahan Math sambil tertawa lepas

Kemesraan mereka terhenti ketika ponsel Math berbunyi...

Math dan Gani sama-sama saling berpandangan, terus terang mereka berdua trauma menerima telepon disaat malam sudah larut seperti ini. Biasanya selalu saja ada kabar buruk.

Math segera meraih ponselnya lalu melihat caller ID-nya

"Ivan—bartender Club" gumam Math memberitahu siapa yang menelepon

"Halo.." Math menyapa ponselnya

Gani menyimak pembicaraan Math sambil minum air mineral yang disimpan di nakas. Tubuh telanjangnya hanya berbalut selimut.

Tak lama kemudian Math menutup ponselnya lalu diam seolah bingung

"Kenapa Yang? Apa ada masalah?" tanya Gani mendekat

BENANG MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang