31 - Selamat Pagi...

42 10 0
                                    

.

.

Gani mengerjapkan mata dan meregangkan tubuhnya. Dia tidur sangat pulas dan berkualitas—tak ada mimpi dan tak ada gangguan, hingga saat bangun dirasakan tubuhnya segar dan fit.

Gani bahkan nyaris tak ingat jika Fatih satu ranjang bersamanya, karena kini Gani melihat dia memiringkan badannya lantas menatapnya saat Gani membuka mata

"Hei.. pagi..." sapanya dengan suara super pelan dan lembut sambil tersenyum

"Hei.." Gani membalas senyumnya

Dia mengulurkan tangannya dan menyibak rambut yang menghalangi wajah Gani, Gani menikmati perlakuannya yang manis.

Lalu Gani mengembuskan nafasnya, entahlah darimana rasa ini berasal tapi Gani benar-benar nyaman dengan kehadiran Fatih

"Kamu ngga tidur?" tanya Gani

"Tidur. Abis subuh aku ngga tidur lagi—"

"Hmm.. jam berapa sekarang?"

"Jam setengah tujuh"

"Terus ngapain sehabis subuh?"

"Liatin kamu"

Gani tertawa kecil "Ngapain liatin aku?"

"Abis kamu lucu lagi tidur—kayak anak kecil. Nyenyak banget..." jawabnya melebarkan senyumnya. "Aku ngga tega bangunin kamu untuk shalat subuh. Kamu cape banget ya?"

"Hmmm...." Gani mengiyakan "Soalnya enak banget tidurnya, berasa ada yang jagain"

Fatih tertawa kecil "Kalau bisa, aku pengen terus jagain kamu"

Gani tersenyum tapi tak menjawab—masalah keinginan, semua orang bisa mengatakan aku ingin ini-aku ingin itu, tapi tak semua keinginan itu bisa terwujud dengan alasan tertentu.

"Aku pengen peluk kamu, boleh?" ijin Fatih

Tanpa menjawab permintaannya, Gani mendekatkan diri padanya, dan mengambil posisi agar dia bisa merangkul tubuhnya dari samping.

Dia memeluk erat dan mengambil nafas diantara leher dan pundak Gani "Wangi kamu enak banget" selorohnya sambil menghirup banyak-banyak aroma tubuh bangun tidur wanita ini.

"Kamu pakai parfum apa?" tanyanya

"Bukan parfum. Tapi body mist—aku suka banget body mist Body Shop yang Cherry Blossom"

"Pantes wanginya lembut pas banget sama aroma tubuh kamu"

"Bang..."

"Hmm?"

"Do you like me?"

"More than like, kalau kamu pengen tahu"

"But I'm somebody else wife—"

"Aku tahu. Kamu gimana?"

"I don't know. It confusing but I can't resist"

Fatih menghela nafas dalam, dia semakin mengeratkan pelukannya "Aku hanya ingin kamu nyaman, tenang dan bahagia. Aku tahu, kalau aku ngga bisa memaksa kamu untuk ikut terbawa dengan perasaan ini. Aku sadar dimana tempat aku berdiri"

"I'm sorry"

"Jangan merasa menyesal, Gani. Ini adalah masalahku bukan masalah kamu. Jangan jadi beban buat kamu. Aku justru berterima kasih, kamu menerima aku sebaik ini. Yang kurasakan sekarang adalah aku butuh kamu"

"Karena Indira?"

"Aku sering bepikir dan berandai-andai, mungkin saja Indira sengaja melakukan semuanya agar kita bertemu dan dekat seperti ini. Tapi kamu bukan dia—kamu punya sesuatu yang unik, yang membuat aku perlahan melepaskan dia"

BENANG MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang