45 - Kekayaan Instant

80 10 1
                                    

.

.

Gani berkali-kali berusaha memalingkan wajah, dia berusaha tenang dan bersikap biasa-biasa saja seolah tak ada apa-apa. Dia berusaha fokus pada Ghazi yang berada di dalam gendongannya.

Jantungnya berdebar dan duduknya gelisah, ia ingin cepat-cepat menyingkir dari sana. Tapi setelah ini adalah panggilan giliran nomor antrian dokter anak di salah satu klinik tempat prakter dokter anak yang terkenal bagus.

Fatih menyadari bahwa wanita di sebelahnya ini gelisah

"Kenapa?" tanya Fatih mengerutkan keningnya

"Ngga apa-apa. Pengen pipis" kilah Gani

"Ya ke toilet dulu aja, biar Ghazi aku yang pegang"

"Ngga usah, aku bisa tahan kok" Dia mengeratkan pelukan bayinya secara protektif, namun ekor matanya tetap menuju ke pasangan yang sedang mengendong anak umur 5 tahun yang terkulai lemas—entah sakit apa yang diderita anak itu.

Pasalnya di belakang mereka, Gani melihat sosok mengerikan seorang nenek dengan rambut awut-awutan berwarna abu yang mempunyai wajah buruk rupa—seperti nenek sihir. Gani segera tahu bahwa dia itu bukan manusia.

Nenek itu terus saja, membelai kepala anak yang sedang terkulai lemas dengan senyum lebar menyeramkan, seolah dia kesenangan.

Feeling Gani ga enak, ada sesuatu yang akan menimpa anak itu.

Pengalaman dengan mahkluk dunia lain sebelumnya membuat Gani lebih waspada, dia tak mau kelihatan bisa melihat mahkluk lain, karena jika mereka tahu maka akan ada kisah kelanjutan dan Gani merasakan aura gelap yang menyelubungi sosok nenek itu.

Gani sungguh-sungguh takut tapi ia lebih takut jika menunjukkan ketakutannya pada sosok itu 'jangan sampai tahu Ya Allah.. lindungilah hamba dan keluarga hamba'

Untung saja sedari tadi, sosok itu tetap fokus pada anak yang sakit itu, dia tak melirik pada Gani sama sekali.

Namun Gani tak tahan untuk terkesiap "Astagfirullahaladzim" gumamnya agak keras

Dia tak sengaja melihat jelas bahwa nenek itu tengah menjulurkan lidahnya yang sangat panjang, menjilati wajah anak itu, Gani melihat gigi runcing bertaring yang bertajam dan air liur mahkluk yang memenuhi mulutnya secara menjijikkan.

Mendengar seseorang mengucapkan kata yang membuatnya panas pendengarannya, si nenek jelek itu secara cepat menoleh ke arah Gani dan mata mereka bertemu tanpa bisa dihindari Gani.

Sosok itu seolah tahu, dia menatap Gani fokus dengan matanya yang memerah

"Kenapa sayang?" tanya Fatih melihat mata Gani terpancang ke arah pasangan di Seberang mereka

"Ak—aku.. aku lupa bawa pampers Ghazi.." kilah Gani dengan suara ditegarkan, berusaha tak terbata-bata menghadap Fatih sepenuhnya

Pasalnya kini nenek itu melayang dan berdiri di dekatnya seolah meneliti dan menyelidiki Gani, apakah manusia ini mampu melihatnya?

Mata Gani menatap lurus wajah Fatih berusaha tak tergoda untuk melirik ke sisi.. detak jantung Gani berdetak kencang—Gani ketakutan.

"Astagfirullah, kirain apa—" keluh Fatih meredakan kagetnya

Adegan selama 10 detik yang terasa menegangkan berakhir kala suster mengumumkan nomor antrian Gani. Gani bergegas berdiri bersikap mengabaikan sosok nenek itu yang terus memperhatikannya—seolah-olah Gani tak melihat apa-apa.

Gani merasa lega sesaat "Yuk Bang.." angguk Gani kaku

Dia bergegas menuju ke ruang dokter.

Selama pemeriksaan Gani tampak tak fokus, tangannya bergetar dan terasa dingin—dia tak fokus memperhatikan dokter memeriksa Ghazi dan mendengarkan penjelasan dokter.

BENANG MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang