27. Kesalahan Yang Sempurna

54 9 1
                                    

.

.

Untung saja Sri meminta ijin pulang di saat yang tepat, karena Gani menduga mereka akan ribut besar dan Gani tak mau diketahui oleh ART-nya bahwa dia sedang menghadapi masalah. Dia duduk di sofa tunggal yang menghadap ke jendela besar apartemen, menatap nanar pada hamparan lampu-lampu gedung dan jalanan kota Jakarta.

Hati Gani sangat kacau dan remuk, Gani sudah menangis lama dari tadi. Gani sengaja tak membangunkan Math untuk menginterogasinya—Gani perlu menenangkan emosi hati dan mendinginkan kepalanya.

Tangan Gani tak hentinya meremas pakaian milik Amelia, ingin rasanya dia mencabik-cabik tubuh si pemilik pakaian yang teganya menusuk dari belakang. Berlagak sok jadi teman tapi nyatanya dia bermain belakang.

Harusnya dari awal dia sudah curiga bahwa kehadiran Amelia bukan semata 'teman lama' Math—ada niat terselubung di balik itu

"Gani.... Baby..." suara Math memanggil dari kamar.

Sumpah saat ini Gani benci sekali dipanggil Baby oleh Math, seolah dia adalah benar-benar bayi yang bisa dibodohi dan tak berdaya.

Gani mendiamkannya hingga akhirnya Math keluar dari kamar guna mencari istrinya. Tubuhnya agak sempoyongan karena lemas. Gani tak perduli jika dia pingsan sekalipun, saat ini dia benar-benar marah padanya.

"Babe.. ngapain kamu sendirian disitu? Kamu ngga tidur?" tanyanya, melihat Gani hanya diam duduk di sofa tunggal sambil bersedekap dan memalingkan wajahnya ke arah jendela

"Baby... aku—" Math kemudian mematung berdiri di depan Gani ketika Gani menoleh dan matanya mendelik tajam.

Dia meletakkan pakaian sialan itu dan ponsel Math di atas meja sofa. Math melirik bergantian pada Gani dan benda di atas meja, ia tak tahu harus bicara apa.

Gani menatap padanya dengan pandangan sengit "So... One Month full of bullshit... Amelia ikut tour?" tanya Gani sinis

Math lalu duduk di sofa yang berada di sisi Gani, wajahnya ditekuk merasa bersalah "Ya, dia ikut tour. Dia menjadi produser band"

"Dan kamu ngga bilang sama aku?"

"Aku ngga sempet nyampein ke kamu—"

"Oh.. come on! Tiap hari kita teleponan, Math! Bahkan video call—jangan pake alesan ngga sempet. Ini tuh maksudnya apa sih?"

"Aku awalnya mau bilang sama kamu, tapi kamu pasti ngga percaya—"

"Try me!" ucap Gani tegas menantangnya

"Amelia nyusul saat kami berada di Palembang. Ello bilang di tengah tour—sponsor utama mutusin ngga akan nambah dana, dari sana kami bingung karena jika tidak ada dana tambahan maka tour berakhir—padahal Ello udah menerima tawaran dari panitia lokal. Itu sebabnya jadwal tour ditambah karena Amelia bersedia menginvestasikan uangnya di Band—anggaplah dia adalah sponsor tour ini. Aku pengen cerita face to face sama kamu, karena kalau di telepon—akunya kagok. Beneran Gani.. aku ngga—"

"Stop! Whatever alasan dia apa. Jadi sponsor band? produser? Hah... Yang benar aja! Dia itu ngejar kamu, Math. Harusnya kamu peka, You are my husband—and YOU SLEEP WITH HER!! How dare you!!" teriak Gani kencang, sampai urat lehernya menegang.

"Gani.. selama ini—aku berusaha keras menghindar. Sungguh! Aku pikir Amelia datang karena ada hubungan spesial sama David. David suka sama Amelia, tapi semua jadi chaos ketika aku ngga control dan mabuk berat saat berada di Balikpapan. Dan aku ngga nyadar kalau aku tidur sama Amelia, aku baru tahu kalau ternyata Amelia menyimpan rasa sama aku" bohong Math—tentu saja dia berusaha menyembunyikan fakta sesungguhnya dengan memakai nama orang lain.

BENANG MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang