17. Tawaran Pindah

43 7 0
                                    

.

.

Mobil taksi online yang ditumpangi Gani berhenti di depan rumah Fatih, awalnya Gani melangkahkan kaki ke arah pavilion yang dijadikan kantor, tapi satpam penjaga meminta Gani untuk mengikutinya dan mereka tiba di pintu besar bangunan utama.

Pintu ganda besar dibukakan oleh seorang ibu paruh baya, ibu itu masih menyisakan kecantikannya di masa mudanya dulu, hanya yang membuat Gani heran—ibu itu tampak terkesiap melihat Gani, itu terlihat jelas dari ekspresinya yang terkejut dan matanya yang intens menatap Gani di hadapannya.

"Tamunya Pak Fatih, Nyonya. Saya disuruh mengantar Mba ini kesini" ucap satpam itu.

Si Ibu mengangguk menoleh sebentar pada satpamnya lalu kembali menatap tamunya.

"Selamat siang Nyonya, saya Ganitra—saya mau bertemu dengan Pak Fatih?"

"Ganitra?" ulang ibu itu—dia tampak tak fokus.

"Oh.. kamu sudah datang?" Fatih muncul dari belakang ibu itu.

"Bu, ini Gani—dia pengacara yang mau ngurusin project barunya Fatih. Gani, ini ibuku—" Fatih memperkenalkan ibunya pada Gani.

Gani sudah menduga bahwa ibu ini adalah ibunya Fatih, karena dari penampilannya, tentunya dia adalah Nyonya rumah ini.

Gani tersenyum dan mengangguk sopan lantas mengulurkan tangan untuk berjabat, tapi ibunya Fatih masih terlihat kaku, dia menilik Gani intens—terus terang Gani kurang nyaman karena ia laksana sedang dipindai.

"Bu—" panggil Fatih mengingatkan seraya mencolek lengan ibunya.

"Oh—iya.. iya.. Panggil saja Ibu Mayang" dia kemudian menerima uluran tangan Gani dan menjabatnya, Gani merasa heran karena dia terus menatapnya.

Apa ada yang salah dari penampilanku? 

Gani khawatir salah kostum atau apa karena biasanya ibu-ibu sekelas ibunya Fatih selalu mempunyai standar tinggi tentang penampilan tamunya.

Fatih tersenyum ramah "Yuk masuk" ajak Fatih memecahkan tingkah ibunya dan kekakuan sikap Gani. Dia memimpin mereka menuju sebuah ruangan yang mirip ruang keluarga yang cukup luas.

"Mau minum apa?" tanya Bu Mayang ramah setelah mempersilahkan Gani duduk.

"Ngga usah repot-repot, Tante—terima kasih"

"Ngga repot, kok. Jangan panggil Tante—Ibu saja" ralatnya "Mbok Min" panggil Ibu Mayang menoleh ke belakang.

Seorang pelayan yang berusia cukup tua datang—anehnya dia bersikap sama dengan majikannya, terlihat terkejut ketika melihat Gani.

"Mbok Min, bikinkan minuman. Kopi, teh atau yang dingin?" tanyanya pada Gani

"Teh saja, terima kasih" angguk Gani

Terus terang Gani cukup canggung karena kedatangannya ini akan membahas kejadian kemarin malam di kamar mandi bersama Fatih, tapi kehadiran ibunya Fatih justru membuatnya bingung—aku harus bahas apa?

"Berapa usiamu, nak?" tanya Bu Mayang

"Tahun ini 25 tahun, Bu"

"Selama ini tinggal dimana?"

Gani menjawab semua pertanyaan yang hampir seperti menginterogasi latar belakangnya, seperti kuliah dimana, tinggal dimana, kondisi orangtua. Gani menjadi heran—ini seperti pertanyaan calon mertua pada calon menantunya

"Gani sudah menikah, Bu. Dia sedang hamil 3 bulan" jawab Fatih ketika ibunya bertanya apakah Gani punya pacar?

"Sudah menikah?" ulangnya dengan nada rendah—entahlah seperti nada kecewa

BENANG MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang