9. Desas Desus

44 8 0
                                    

.

.

Gani tiba di basement dan memarkirkan mobilnya, akibat terjebak macet di jalan—dia baru tiba pada pukul setengah delapan malam. Gani tengah memasukkan beberapa barang termasuk ponselnya ke dalam tas, bersiap hendak keluar mobil.

Dia merasa ganjil karena tiba-tiba dia merasa tubuhnya merinding dan seperti ada seseorang memperhatikannya di belakang. Sekilas ia melirik kaca spion depan dan melihat pantulan sosok itu yang sedang duduk di jok belakang mobil.

Hawa di sekitar mobil pun berubah, menjadi dingin membekukan tulang, Gani seolah sudah mengenal kondisi ini, dan mencoba terbiasa tapi bagaimana bisa?

Jantungnya terasa berhenti berdetak dan seolah isi tubuhnya dipenuhi oleh air es yang dingin.

Gani membeku!!

Dalam sepersekian detik, dia bisa merasakan sosok itu mendekatinya dengan desahan nafasnya yang ringkih dan aura dingin yang menyeruak keluar dari setiap udara yang dihisap. Gani tidak sanggup melawan ketakutannya..

.

Tiba-tiba dia merasakan udara yang hangat dan keadaan di sekitarnya terang, dia membuka matanya dan berdiri di dalam rumah ini lagi, masih hanya 3 warna yang terlihat disini —hitam, putih, abu— dia berjalan pelan menyusuri setiap detail di rumah ini.

Keterbatasan dan kemiskinan sangat kental terlihat dari seluruh isi rumah. Dari temboknya yang terkelupas, dan warna yang kusam di setiap tembok dan kusen kayunya.

Dia melirik sebuah kalender yang jelas tertulis disitu dengan huruf besar —1993—.

Astaga...apakah aku berada di tahun 1993? Gani membatin

Lalu dia masuk ke dalam sebuah ruangan yang ditebak adalah dapur, karena dia melihat asap yang mengepul dari kompor yang menyala, menjilat-jilat bagian bawah panci berukuran sedang. Dia melihat si gadis itu dengan mata yang kuyu dan lelah serta raut wajah sedih dan tubuh yang rapuh yang hanya dibungkus pakaian sederhana.

Matanya menatap api yang bergerak liar kemerahan dengan nanar, Gani mengenal tatapan itu, tatapan yang kosong tanpa ada jiwa di dalamnya, seolah kau enggan hidup tapi tidak bisa mati. Karena Gani pernah mengalaminya saat dia tahu kedua orang tuanya meninggal dan Gani bisa merasakannya.

Tiba-tiba gadis itu tersentak, dan melihat ke arah Gani dengan wajah ketakutan. Gani terkejut dengan perubahan rautnya dan segera Gani menyadari bahwa penglihatannya bukan ditujukan pada Gani tapi pada pria tinggi besar yang dikenali sebagai pria yang kalah pada mimpi Gani sebelumnya.

Pria itu berdiri di belakang Gani, secara spontan Gani mengeserkan kakinya ke sisi tembok, tampak si pria itu baru bangun dari tidurnya, dengan tampang kusut semberawut tanpa bercukur, mengacungkan botol anggur besar dan melemparkannya ke arah kaki si gadis dan kemudian uang koin berhamburan memenuhi kaki si gadis lalu dia memungut koin satu persatu dengan meneteskan air mata.

Sementara si pria itu masuk kembali ke dalam ruangan lain.

Seakan diri Gani dihisap ke dimensi lain, dia sudah berada di dalam ruangan yang berbeda di rumah ini, keadaan di luar sudah gelap, dia bisa mengetahuinya karena warna dalam penglihatannya meremang, tapi Gani masih bisa melihat dengan jelas.

BENANG MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang