8. Semua Orang Punya Rahasia

51 10 0
                                    

.

.

Di sebuah kamar luas yang didominasi warna cream, terdapat ranjang besar yang diatasnya memperlihatkan pasangan manusia yang sedang bergumul panas, kaki si wanita melingkari pinggang pria yang memiliki tubuh tegap, tampak otot biseps lengan pria itu menonjol, sedang memagari sisi kepala si wanita, mereka saling berciuman panas, lantas gerakan si pria makin cepat bergerak menusuki inti si wanita itu.

"Aaaaaahhh... I'm cominggg....." jerit wanita itu

Si pria melenguh kasar dan mengeram keras, dia menuntaskan pergumulan panas itu, keduanya sama-sama berkeringat dan terlihat puas.

Si pria membalikkan tubuhnya dan terlentang di sebelah wanita itu. Si wanita tersenyum memandang wajah pria lantas dia duduk meraih gelas white wine yang terletak di sebelah nakas, lalu menyesapnya dengan senyum penuh kepuasan.

Wanita yang terlihat masih kencang dan sintal di usianya yang ke 40 itu, menoleh ke arah pria yang masih terlentang, mereka telah menjalin hubungan perselingkuhan selama 3 tahun dan status mereka hanya saling tahu sama tahu.

"Math.. mau minum juga?" tanya Tania

"Humm" Math mengangguk mengiyakan. Lantas menerima sodoran gelas wine dan menyesapnya bersama-sama

"Kamu ada masalah apa kali ini?" tanya Tania

"Gani. Dia tampak aneh" gusar Math

"Aneh kenapa?"

Math mulai menceritakan kejadian yang dialami Gani dari versinya, bahwa ia tak percaya dengan alasan yang diungkapkan Gani dan kehadiran pria tetangga yang katanya menolong istrinya, tapi anehnya kenapa selalu dia yang terciduk selalu berada di dekat istrinya?

"Istri kamu lagi banyak pikiran kali, Math. Beban dia banyak, masalah kerjaan, masalah pindahan kalian dan mungkin masalah ekonomi juga. Perempuan itu punya banyak cabang pikiran yang kadang bisa bikin kita gila"

Math menghela nafas kasar "Kadang aku yang bisa gila kalau ga ada kamu"

Tania tertawa lepas "Itulah gunanya Friend With Benefit"

Math hanya tersenyum lalu dia beranjak dari ranjang dan memakai celana boxernya, dia duduk di sofa kamar sambil menyalakan rokok menikmati batang yang menghasilkan asap putih

Tania mengikuti Math, memakai kimono sutra tipis lalu duduk di samping Math dan menyalakan rokoknya sendiri

"Lalu cowok itu, ya mungkin saja kebetulan ada disitu—kamu jangan punya pikiran yang aneh-aneh. Menurutku Gani ngga akan mungkin selingkuhin kamu" ucap Tania

"Wajar kan kalau aku curiga?"

"Ya,, karena kamu takut kena karma juga kali" seloroh Tania

"Karma apaan? Aku ngga percaya sama yang begituan"

"Udahlah, mungkin hanya benar-benar kebetulan. Coba kalau yang nemu pingsan itu tetangga yang jahat, terus dia berniat ngga baik—kan kemungkinan itu bisa aja terjadi"

Math melamun, Tania ada benarnya juga—dia selalu merasa nyaman jika curhat dengan wanita yang seusia ibunya ini. Karena Tania itu tidak pernah memihak atau memojokkan, dia selalu menimbang dari sisi yang netral—itulah mengapa Math selalu menerima saran dan nasihat dari Tania

"Kamu lagi perlu uang?" tanya Tania

Math menggeleng, "Aku bakal minta kalau emang aku lagi perlu banget. But now, aku lagi mikirin kalau Gani terus-terusan ngeluh tentang apartemen berhantu berarti kami harus pindah lagi"

"Ya, kamu tinggal pindah aja. Kenapa sih, Math? Dari dulu aku tawarin kamu nempatin rumahku yang kosong di Bintaro tapi kamu selalu nolak. Kamu itu terlalu idealis—beneran idealis. Kamu boleh marah sama orang tua kamu tapi kamu juga harus perhatiin kenyamanan kamu dan Gani"

BENANG MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang