2. Mimpi Buruk

114 11 0
                                    

.

.

Tidak terasa satu setengah jam Gani tertidur di sofa itu, lalu dia terbangun kala mendengar bunyi berisik dari kamar sebelah, bunyi berisik seperti meja kursi diseret-seret lalu sayup-sayup suara musik.

Gani melirik jam di dinding lalu bergumam 'Jam 10 malam, Math belum pulang'

Diapun beranjak menuju kamar tidurnya, berniat untuk mandi dan membersihkan tubuhnya, tidak ada water heater dipasang disini karena untuk menghemat pengeluaran listrik dan gas. Mereka lebih memilih memasang AC di ruang tengah dan kamar tidur, Jakarta memang tak pernah dingin jadi tak efesien jika memasang water heater.

Keran dinyalakan dan ia mulai mandi, beberapa saat kemudian, saat sedang mandi dia mendengar sayup-sayup seperti suara pintu kamar tidur yang dibuka..

'Apa Math sudah pulang?' pikir Gani. Tapi dia memutuskan untuk menyelesaikan acara mandinya.

Lalu kemudian...

BRAKK..!!

Suara pintu kamar menutup dengan kencang—membuat Gani melonjak terkejut dan segera mematikan keran air untuk mendengarkan lebih jelas—khawatir salah dengar

Lantas....

kriiieeeettkkk....

Terdengar lagi suara pintu terbuka, kali ini jelas terdengar karena keran sudah dimatikan.

Gani penasaran dan merasa kesal sendiri 'Ini ngapain sih Math mainin pintu?'

Dia menyelesaikan mandinya, mengambil handuk lalu dililitkan pada tubuhnya dan menuju pintu kamar mandi dan keluar...

Dia memutar handle pintu kamar mandi dan pintupun terbuka mengarah lurus ke pintu kamar tidur yang memang dalam keadaaan terbuka lebar, Gani lupa-lupa ingat apakah dia tadi menutupnya atau tidak?

Tepat setelah dia membuka pintu, dia melihat sekelebat bayangan putih lewat dan menghilang cepat. Jantungnya terasa berhenti sesaat karena sangat terkejut, tapi buru-buru rasa aneh itu ditepis.

'mungkin salah lihat' pikirnya, lalu keluar kamar tidur dan melihat suasana di sekeliling unit yang kecil itu.

Semua sepi seperti awalnya..

"Berarti Math belum pulang, lalu siapa yang membuka dan menutup pintu??" batin Gani seolah memaksa untuk berpikir rasional, dan sekelebat bayangan putih itu cukup membuat bulu kuduknya merinding.

Lantas terlihat gorden jendela balkon ruang tengah berkibar, akhirnya dia menemukan sumber keributan yang diakibatkan suara pintu tadi...

Angin..

"Ya, angin membuat pintu menutup dan membuka kembali" hiburnya menenangkan diri. Tanpa lama-lama dia menutup jendela itu.

Setelah menyelesaikan ritual sebelum tidur dan memakai piyama, Gani mulai membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata di ranjang

Baru saja dia tertidur, tiba-tiba suara gaduh itu lagi—dari kamar sebelah.

'Keluarga biang keributan' keluhnya.'

Dia mengeluh karena berisik itu sangat sama seperti berisik tetangganya pada saat mereka tinggal di rumah petak, tetangga mereka disana punya 3 orang anak—dua masih balita dan yang paling kecil masih bayi. Keduanya sering bertengkar ditambah suara anak-anak mereka yang berisik berikut tangisan bayi.

Hanya bedanya suara berisik dari unit sebelah tak ada suara anak-anak, tak ada suara orang bertengkar—hanya suara ketukan seperti para tukang sedang memperbaiki benda dan suara furniture yang diseret-seret berikut sayup musik.

BENANG MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang