34 - Berbaikan

42 9 0
                                    

.

.

Terlihat kedua tangan itu dijulurkan ke atas, tampak jelas para pemilik tangan adalah satu tangan pria dan satunya tangan wanita.

Mata mereka memperhatikan kedua tangan yang dilingkari cincin pernikahan di jari manis keduanya. Math baru saja menyematkan cincin nikahnya ke jari Gani kembali, sebagai simbolis bahwa mereka berusaha memperbaiki pernikahan mereka.

Mereka berdua berbaring di ranjang dengan tangan dijulurkan, mereka hanya berbaring dan tidak melakukan hal-hal berbau intim. Mereka hanya berpelukan karena Gani belum mengijinkan Math menyentuhnya lebih jauh apalagi berhubungan seks.

Tidak semudah itu, ferguso.

Gani mengijinkan Math kembali sekamar dengannya dan saling berbagi ranjang kembali. Mereka hanya membahas mengenai kenangan indah masa awal-awal pernikahan dan kehamilan Gani. Gani enggan bertanya tentang aktifitas Math selama ini dan Gani juga enggan bercerita tentang kegiatannya.

Ada keinginan kuat dari Gani untuk memberitahu tentang fakta dia sebenarnya tapi jika dia bercerita maka ada nama Fatih dan Mayang yang terlibat, Gani belum yakin apakah Math paham dan menerimanya.

Gani merasa ini bukanlah waktu yang tepat, dia sedang menikmati proses permintaan maaf dari Math lagipula dia sudah merasa mengantuk.

Gani menguap, jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam

"Ngantuk yah?" tanya Math

Gani mengangguk lalu berbaring sedikit miring, Gani mengurut pinggangnya sendiri untuk mengurangi pegal

"Sama aku aja" Math mengambil alih tangan Gani lantas mengurut pinggangnya sampai ke pinggul

"Gani.."

"Hmm?"

"Kalau kamu cape banget seperti ini, aku ngga tega—apalagi nanti hamilnya makin besar. Pernahkah kamu mikir untuk resign dari pekerjaan?"

"Resign?"

"Aku ngga pengen kamu cape dan kerja terlalu keras. Kini aku sudah mampu ngasih kamu lebih dari cukup"

"Aku ngga mau resign"

"Terus kalau 9 bulan dan lahiran gimana?"

"Kan bisa ambil cuti, ada kok peraturannya. Ibu hamil yang bekerja berhak ambil cuti sebanyak 3 bulan—itu cukup buat ngelahirin dan ngurus bayi di bulan-bulan pertama"

"Aku cuma nyaranin. Karena aku sayang kamu dan ngga mau ngeliat kamu kerepotan"

"Ngga. Lagian Pak Reynold bilang, kalau memungkinkan aku bisa ngerjain kerjaan dengan WFH. Jadi kupikir ngga masalah, emangnya kamu ngga akan bantuin ngurusin bayi kita nantinya?"

"Aku pasti bantu, Babe... Cuma aku ngga mau kamu pontang-panting kerja keras hanya untuk cari uang. Aku yang harusnya menuhin semua kebutuhan kita dan sekarang aku bisa menuhin hal itu"

"Kita udah janji di awal-awal bahwa aku akan tetap kerja karena bukan semata nyari duit, Math. Ini passion aku—" tukas Gani keras kepala

"Ya.. okelah... Udah jangan dibahas lagi" Math menghela nafas, ia enggan berdebat dengan istrinya

"Aku ngantuk banget, pengen tidur. Kamu jangan macem-macem.." Gani memberi peringatan.

"Ngga, sayang.. aku cuma pengen peluk kamu aja sambil tidur"

Gani tak menjawab, matanya segera memberat, tapi ia merasa Math mendekati tubuhnya dan memeluknya erat dari belakang.

.

BENANG MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang