"Bahagianya ... terlahir kembali."
Aku membuka mata, kemudian duduk, dan melihat sekeliling. Ruangan gelap, berdebu, dan kosong. Hanya ada sebuah cermin yang kira-kira sama tingginya denganku.
"Baiklah, kita mulai darimana, ya ...."
Aku kembali melihat sekeliling, kali ini dengan cepat. Suara siapa itu? Padahal di ruangan ini hanya ada aku, sendirian.
"Hei, aku ada di belakangmu."
Aku melihat ke belakang. Tidak ada siapa-siapa.
"Ya ampun, bukan belakang itu. Lihatlah cermin."
Bagai tersihir, aku mengikuti perintah suara tersebut. Di depan sebuah cermin dengan bingkai kayu sederhana, aku melihat diriku sendiri.
Cantik, pujiku dalam hati.
Hidungku mancung, mataku indah, bibirku segar, rambut ikal berwarna cokelat yang cukup panjang, kulit putih, dan hal-hal indah lainnya. Aku menggunakan baju tidur terusan berwarna putih selutut dan tanpa tangan. Tanpa alas kaki. Tanpa hiasan. Namun aku tampak berkilau.
"Ayolah, apa kau jatuh cinta pada dirimu sendiri?" Suara itu terdengar lagi, memecah lamunanku.
"Kau dimana?" Itu kali pertama aku membuka mulut.
"Berputarlah." Lagi-lagi aku menurutinya. "Sekarang, lihat cermin."
Aku melihat ada sesuatu di bawah leher. Sebuah tanda berbentuk kotak berwarna hijau, bening.
"Iya, aku kotak berwarna hijau itu."
"Lalu aku siapa? atau ... apa?"
...
...
...
"Hei! Jawab aku!" pintaku kesal, dengan suara lebih keras.
"Kenapa kau langsung bertanya tentang dirimu sendiri?"
"Apa salahnya?"
"Bertanyalah tentangku terlebih dahulu." Aku memutarkan kepala. Rasanya sakit jika terlalu lama melihat ke belakang. "Hei, kenapa? Apa kau marah? Aku hanya becanda."
Aku kembali melihat cermin, melihat si kotak hijau. "Kenapa kau harus berada di belakang, sih? Aku lelah melihatmu seperti ini."
"Kau tidak harus selalu melihatku. Lihatlah ke arah lain."
"Tapi itu seperti sedang berbicara sendiri."
"Aku ini dirimu, hidupmu. Itu berarti bisa dibilang kau memang berbicara pada dirimu sendiri."
"Kau aneh," komentarku sambil kembali melihat ke arah depan.
Puk!
Sepertinya sesuatu jatuh di belakangku.
"Sekarang kau tidak perlu melihat ke belakang."
Aku kembali melihat cermin. Kotak hijau itu hilang.
"Aku di bawah."
Aku melihat ke bawah. Terdapat sebuah kalung, dan bergantunglah sebuah kubus berwarna hijau bening disana.
Si kotak hijau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ay
FantasyAy menjadi buta karena suatu kecelakaan, kotak hijau pun menawarkan kekuatan agar Ay bisa melihat. Hanya saja, Ay harus mendapatkan kotak hijau lain selama satu bulan, atau ia akan mati. Ternyata, pemilik kotak hijau lain berada di dekat Ay. Namun a...