"Selamat tidur," ucap Deyna selepas membantuku berbaring. Dia sangat ramah, masih ramah, dan semoga bukan pura-pura ramah.
Deyna mematikan lampu, lalu menutup pintu kamar. Cahaya remang dari lampu pada meja di samping ranjangku menampakkan diri. Aku masih dapat melihat.
"Ay."
Aku sempat terkejut. Oh, kotak hijau, bisa-bisanya aku melupakanmu.
"Hai!"
"Kau harus ingat, yang kau cari adalah kotak sepertiku."
Perkataan kotak hijau membuatku tak mengerti. Apalagi suaranya sangat datar. Hei, apa dia marah? Jika iya, apa yang membuatnya marah?
"Maksudmu?" Hanya itu yang dapat keluar dari mulutku.
"Apa pun yang kau lakukan, yang menjadi tujuanmu harus tetap mencari kotak sepertiku."
Aku masih tidak mengerti.
"Maksudmu, aku tidak boleh melakukan hal lain yang tidak berkenaan dengan tujuan itu?"
"Aku tidak bilang begitu."
Aku menarik napas panjang. Tak ada gunanya bertanya lagi, aku harus memikirkan perkataan kotak hijau sendirian.
Tapi tetap saja aku tidak mengerti.
"Apa ini ramalan?" tanyaku pada akhirnya.
Kotak hijau tidak menjawab.
Cklek.
Pintu tiba-tiba saja terbuka.
"Siapa?" tanyaku sambil memandang langit-langit.
Orang yang baru saja masuk ke kamarku menyalakan lampu. Ia pun duduk di ranjang, tepat di sampingku. Dari bajunya, aku tahu itu Mama.
"Kamu belum tidur?"
"Oh, Mama," aku pura-pura kaget, "ada apa?"
"Besok kamu tidak usah sekolah, ya."
"Kenapa, Ma?"
"Besok saja Mama jelaskan. Sekarang kamu tidur, ya."
Mama mengecup keningku, lalu mematikan lampu dan keluar dari kamar.
"Ada apa dengan besok?"
Hening.
"Kotak hijau, ada apa dengan besok?"
Kotak hijau tidak menjawab.
Aku menyerah, mungkin kotak hijau benar-benar marah.
Aku berjalan menuju jendela. Angin malam masih dingin, tidak berubah dari biasanya. Aku melihat ke bawah, jalan. Orang misterius, yang aku yakini Gam, ada disana. Ntah untuk apa, dan ntah sejak kapan. Sesuatu mendekat seperti kemarin. Orang itu memberiku balon lagi.
Aku segera menutup jendela, tidak ingin lama-lama dipermainkan olehnya, oleh Gam. Tapi mataku tak dapat lepas dari jendela tersebut. Aku menunggu balon itu, balon yang baru saja melewati jendelaku tepat ketika aku mengetikkan koma. Tepat ketika aku berpikir untuk kembali membuka jendela dan menangkap balon tersebut.
Tapi balon itu telah pergi.
Ah, ada apa denganku?
Aku duduk di atas kasur. Memikirkan isi balon tersebut, memikirkan surat dari Gam. Mungkin dia akan menuliskan, "Apa yang terjadi padamu?" atau "Mengapa kau menghindariku?" atau "Kau semakin misterius, aku semakin tertarik."
Sebentar, Ay, apa yang kau pikirkan?
Aku tertawa kecil.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ay
FantasyAy menjadi buta karena suatu kecelakaan, kotak hijau pun menawarkan kekuatan agar Ay bisa melihat. Hanya saja, Ay harus mendapatkan kotak hijau lain selama satu bulan, atau ia akan mati. Ternyata, pemilik kotak hijau lain berada di dekat Ay. Namun a...