Mata

256 24 0
                                    

“Eh liat, matanya Ay biru banget.”

“Ijo kali.”

“Iya ih ijo banget.”

“Ya ampun, serem banget.”

“Eh Ay, mata lo kok jadi gitu?”

“Itu gara-gara kecelakaan kemaren bukan sih?”

“Ay, softlens lo aneh banget.”

“Softlens? Bukannya dia buta?”

“Ay.”

“Ay.”

“Mata lo, ya ampun.”

“Ay.”

Aku hanya tersenyum pada semua orang di kelas, enggan mencari-cari alasan dan kebohongan.

Ya, aku memutuskan untuk menggunakan kekuatan itu. Ulang, bukan hanya aku yang memutuskan, tapi juga kotak hijau. Awalnya aku ragu untuk menggunakannya, tapi kotak hijau terus meyakinkanku. Sampai pada akhirnya kotak hijau bertanya alasanku hidup selain menikmatinya, lalu aku tersadar dan memutuskan untuk menggunakan kekuatan yang bisa kami manfaatkan selama satu bulan ini.

Hanya satu bulan, jika aku tak dapat menemukan kembaran si kotak hijau. Oh, aku tidak dapat membayangkan jika kami harus mati.

Tapi sebentar, sebenarnya aku tidak takut mati. Hanya saja, ketika masih diberi kesempatan hidup, mengapa tidak?

Aku benar-benar harus menemukan kotak hijau yang lain. Bahkan jika aku harus mati.

Ya, tak masalah jika aku mati, asalkan kotak hijau tetap hidup.

Gam menghampiriku, lalu menggandeng tanganku, menggantikan posisi Deyna. Gam menuntunku ke meja kami, lalu membantu meletakkan tas pada meja. Gam juga membantuku duduk.

“Ini Gam, kan?” tanyaku dengan pandangan lurus. Oh, aku tidak boleh lupa untuk berpura-pura buta.

“Ya, apa kau begitu mengenal harumku?”

Aku tertawa kecil.

“Ay.”

Aku mengarahkan kepala ke kanan, tau ada Kinar di samping mejaku.

“Bisa kita bicara sebentar?”

Kinar membawaku ke lapangan. Ini masih pagi, bel belum berbunyi, sehingga lapangan tak ada yang mengisi.

“Kita dimana?”

“Kau tidak buta, kan? Kau menggunakan kekuatan itu, kan?”

“Apa maksudmu?” Aku berusaha bertanya dengan setenang mungkin.

Kinar mengambil daguku, mengarahkan wajahku padanya. Aku dapat melihat dengan jelas mata Kinar. Mata yang ingin memastikan, bukan ingin mencelakai.

“Kekuatan untuk berjalan meski dibilang lumpuh, mendengar meski dibilang tuli, melihat meski dibilang buta, dan sebagainya. Kau sesuatu yang sama sepertiku, kan? Kau menggunakan kekuatan itu, kan?”

Aku melepaskan tangan Kinar.

“Aku tidak mengerti.”

“Ay, kau tidak bisa membohongiku. Aku yang lebih dulu mendapatkan mata hijau seperti itu.”

Aku menunduk, tidak tau harus melakukan apa.

Tapi, tunggu, kotak hijau bilang bahwa pemilik kotak hijau yang lain akan dekat denganku. Jadi, apa dia adalah Kinar? Apa yang akan menyumbangkan kotak hijaunya adalah Kinar? Oh, aku tidak mungkin sanggup melihatnya mati demi aku.

AyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang