19 | jadinya, couple spa sama siapa?

17.5K 2.1K 130
                                    

Mon maap, kemaren seminggu w berkubang dalam insecurity, huhuhuuu.



Astagfirullah.

Mail menekan call button, tapi tidak tersambung.

Mungkin Trinda masih di pesawat.

Nggak mungkin kan tu cewek ngambek dan sengaja menonaktifkan ponselnya? Ini masih hari Kamis gitu loh. Ponsel mati di hari kerja, emang dia nggak butuh telponan ama klien? Ama rekan kantor? Ama para vendor??

Dengan bismillah, Mail lalu mengirimkan pesan pemberitahuan bahwa dia akan pulang setelah bertemu Bimo.

~

Karena Trinda bilang bakal sibuk di luar di hari Jumat, cewek itu meminta Mail datang menjemput agak sorean, jam pulang kantor.

Padahal, Mail sudah sengaja tiba di Jakarta sebelum jam makan siang, biar bisa maksi bareng sekalian melepas rindu. Eh, ternyata rindu hanya bertepuk sebelah tangan.

"Aku udah longgar, nih. Aku tunggu di apart-mu, ya? Kali aja kamu kelar lebih cepet dari yang direncanakan," tawarnya lewat telepon.

Ini telepon pertama mereka semenjak Rabu malam ketika Mail lupa menge-charge HP.

"Ngapain?" Sialnya, Trinda tidak peka. "Masih lama, nih. Mending Mas kelarin semua kerjaan, biar nanti bener-bener nyantai di Bandung. Nggak sebentar-sebentar nerima telpon mulu."

Ih, udah kangen banget juga. Mail ngedumel, tapi dia iyakan saja. Lalu dia nyalakan kembali PC-nya. Padahal, dia sudah packing laptop dan siap melanjutkan membaca berkas-berkas klaim ganti rugi yang baru dikirim Bu Ivanka di apart Trinda.

Sepuluh menit kemudian, merasa lapar, Mail melongok keluar pintu, melihat beberapa karyawannya masih di depan PC masing-masing.

"Cuy, nggak pada maksi?" tanyanya dengan tampang lemas dan bete.

Nggak ada Oscar, nggak ada yang perhatian padanya di kantor.

"Maksi dong, Mas. Irwan yang pergi beli." Salah seorang cewek menjawab.

Jelas kening Mail berkerut-kerut mendengar jawaban itu. "Kok gue nggak ditanyain, nitip apa enggak?"

Belum sempat ada yang menjawab, pintunya sudah terbanting menutup kembali. Mail mogok makan.

~

Ya nggak dong. Malah dengan nggak ada yang ingat dirinya, jadi terlecut semangat Mail untuk nyetir ke salah satu resto omakase nun jauh di PIK. Booking VIP room untuk menyantap 11 courses menu seorang diri. Nasi padang bungkus? Huh, apaan tuh?

Tapi tetep aja, salmon dan wagyu nggak bisa bikin bahagia. Mana karena lokasinya kejauhan, teman-temannya pada nggak mau nyusul. Ujung-ujungnya, Mail makan sambil video call Oscar yang juga lagi makan daging mahal di Uluwatu.

"Ruko gue di Canggu, kenapa Jumat siang lo ada di Uluwatu, bangsat!"

Emang nggak ada yang bener karyawan-karyawannya ini! Mail sampe kepikiran jadi HR alih-alih CEO, biar yang modelan bandel-bandel nggak sampai lolos recruitment. Titel doang keren, tapi makan siang aja nggak ada yang peduliin. Masa dia harus merekrut sekretaris pribadi buat backup si Oscar??

"Istighfar, Bapak. Tadi soljum apa enggak?" Oscar mengalihkan perhatian.

Mail mengernyit.

"Tuh kan. Nggak soljum tiga kali berturut-turut kafir, loh. Gimana Allah mau membukakan pintu hati camer lo, kalau ibadah wajib aja lupa mulu?"

~

Jam enam teng, Mail menaiki lift menuju unit apartemen Trinda.

Agak gimanaaa gitu karena sudah lama nggak ke sana.

Berdiri di dalam lift sendirian sembari menatap pantulan dirinya di dinding saja bikin rasa nyeri akibat tonjokan Gusti waktu itu seolah terasa kembali.

Tanpa Sadar Mail meraba ujung bibirnya yang sempat sobek.

Bangke. Traumanya masih terasa.

Sambil geleng-geleng untuk mengenyahkan bayangan temannya serta perasaan mengganjal di dada, dia bersiap keluar ketika indikator lantai telah menunjukkan angka yang dia tuju.

Trinda bilang, masnya nggak pernah ke apart-nya lagi. Toh, Trinda juga selama ini tinggal di rumah si mas. Kondangan ke Bandung weekend ini juga sudah mendapat izin.

Tapi tetap saja, berjalan menyusuri koridor dari lift ke unit Trinda memberikan sensasi tidak nyaman.

Begitu tiba di pintu yang dituju, dia masukkan passcode yang sudah dia hafal di luar kepala.

Melihat ada sepasang sepatu berserakan di lantai depan pintu, yang artinya Trinda juga sudah tiba, Mail langsung berjalan ke arah kamar tanpa memanggil.

"Eeeh, sorry," ucapnya sok merasa bersalah ketika melihat Trinda lagi ganti baju saat dia membuka pintu kamar. Cepat-cepat dia tutup muka pakai tangan, tapi masih ngintip lewat sela-sela jari.

Trinda cuma bisa mengembangkan hidung. "Awas bintitan."

Mail cengengesan, beringsut rebahan miring di kasur dengan kepala bertopang di satu tangan yang terlipat. "Empat hari nggak ketemu, makin cantik aja."

Yang digombali nggak menyahut. Melempar pakaian kotor ke keranjang. Mukanya jutek, masih marah.

Cengengesan Mail makin mejadi-jadi. "Kemarin jadinya couple spa sama siapa?"

"Saga."

"Oh."

"Mas!"

Tawa Mail pecah. Dianya yang sok jutek, dia juga yang mengibarkan bendera putih. "Nggak mungkin lah kamu pergi sama tuh cowok. Dia kan lagi koas. Mana sempet santai-santai?"

~

Dated; Engaged [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang