d-9 | she'll break the ceiling

21.9K 1.8K 355
                                    

Cek pesan: ripgiantiNaviz27 dapet voucher 3,5k, Eryee_ 2,5k, thmyra 2k, ciVelan22 1k.

Komen lagi yang banyak. ❤️




9 | she'll break the ceiling



"Aku yang nyetir, Mas yang baca Maps, gimana?"

Keluar dari tempat penyewaan alat-alat kemah, setelah memasukkan tenda dan yang lain-lain ke bagasi, Trinda menghadang Ismail yang hendak masuk ke Jeep mereka, tak lupa pasang muka semanis madu biar permintaannya dituruti.

Paham apa yang dikhawatirkan Trinda, Ismail cuma ketawa—dan seperti biasa, ketawanya terlalu renyah dan manis, bikin Trinda diabetes.

Mas-mas itu lalu dengan kalem menarik lengan kaos Trinda supaya menyingkir dari pintu yang hendak dia buka. "Nggak ada yang nyuruh lo baca peta. Tenang aja."

"Emang Mas tau jalan?"

"Pokoknya ke arah Selatan, ntar juga nyampe pantai."

"Mana bisa gitu? Pantainya banyak, tau. Dan nggak semuanya cocok buat nge-camp."

"Iya, iya. Udah, lo duduk manis aja. Merem juga boleh. Terima beres, melek-melek nanti udah nyampe pantai."

Tapi mana mungkin Trinda mau merem? Pemandangan Mas Ismail nyetir santai dengan satu tangan, jendela dibuka lebar membuat rambutnya yang mulai kepanjangan jadi berkibar-kibar tertiup angin, playlist Pearl Jam—disertai senandung pelan si mas—sebagai soundtrack perjalanan ... nikmat Tuhan mana lagi yang mau Trinda dustakan?

Kebetulan, Pearl Jam adalah band rock lawas favorit Gibran, jadi lagu-lagu mereka cukup familier di kuping Trinda. Lebih bagusnya lagi, belum pernah ada yang bilang suara Trinda jelek, jadi Trinda pede-pede saja ikut-ikutan karaoke sepanjang jalan.

Dua jam berikutnya adalah dua jam paling heboh yang pernah Trinda lalui berdua dengan Mas Ismail. Meski sebelum-sebelumnya si mas juga tidak pernah jaim di depannya, tapi kali ini beda ... benar-benar lepas—seolah-olah lupa kalau Trinda ini adik temannya, yang selisih umurnya terlalu jauh untuk bergaul dengannya. Kali ini, mereka terlalu banyak tertawa, banyak ngobrol ngalor ngidul, banyak mengambil foto berdua—meski tidak bisa diunggah sembarangan ke media sosial. Pokoknya, chemistry di antara mereka sangat kental terasa. Kalau ini bukan jodoh, lalu apa?

"Mau tau kebetulan lainnya nggak?" Trinda nanya retoris, padahal dia sendiri yang ingin bercerita.

"Apa?"

"Oktober ntar, temenku yang demen Pearl Jam ini ultah dan ngajakin nonton konsernya. Pas banget kan, sekarang mas bikin aku latihan ngehafalin lirik lagu mereka?" Trinda ketawa sambil menggerak-gerakkan kepala mengikuti beat lagu yang agak cepat. Rambutnya yang tadi Subuh dicatok rapi sudah awut-awutan, tapi agaknya justru terlihat natural saat dia bercermin lewat spion. Bikin makin menyatu dengan aura Mas Ismail yang sejak awal memang underdressed.

"Temen lo ini kelahiran tahun berapa, dah?" Mas Ismail ikut ketawa, soalnya band ini saja lahirnya jauh lebih dulu ketimbang dirinya, apalagi jika dibandingkan dengan Trinda dan teman-temannya? "Di mana emang konsernya?"

Dated; Engaged [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang