Digandeng ke kondangan orang tak dikenal sudah tak terhitung jumlahnya. Tapi dianggurin di kondangan orang tak dikenal, ini baru pertama kali bagi Mail.
Begitu tiba di hotel, Trinda langsung izin ke kamar Michelle. Katanya, semua teman-teman cewek mereka mau sleepover untuk terakhir kali sebelum Michelle resmi jadi istri orang.
Paginya, begitu kelar mandi dan makeup, pacar tercinta itu juga langsung ngacir sembari memberi pesan ke Mail supaya tidak lupa menyetrika ulang batiknya dan langsung ketemu di ballroom sesuai jadwal yang tertera di undangan.
Sempat terpikir untuk melewatkan acara akad dan baru akan nongol nanti saat resepsi. Tapi Mail tahan-tahan rasa kesalnya. Dia juga nggak mau kan, semisal lagi sibuk ngurusin nikahan sahabatnya, tapi Trinda malah mengemis-ngemis perhatian? Ntah sahabat yang mana lagi, Mail juga belum kepikiran mana yang masih bisa dianggap sahabat, sampai-sampai dia rela sok sibuk membantu nikahannya.
Jadilah meski malas setengah mati, selepas ditinggal Trinda, dia bangkit juga mengecek batik yang sudah dibongkar dari koper dan digantung di wardrobe. Tentu saja lecek. Bagusnya, Mail pernah jadi mahasiswa ber-budget bulanan terbatas yang nggak mampu laundry satuan. Jadi semua pakaiannya dicuci pakai laundry kiloan, hingga setiap mau menghadiri acara penting kudu setrika ulang sendiri biar bekas lipatan-lipatannya hilang.
~
"Kirain tidur lagi." Begitu memasuki venue akad yang tidak terlalu ramai, Trinda menyambut Mail dengan senyum dari ujung ke ujung wajahnya. Super cerah, seolah-olah dia yang lagi punya hajat.
Kalau tadi Subuh Mail biasa aja melihat makeup-nya dengan mata setengah mengantuk, maka sekarang dengan hairdo, kebaya, kain jarik, dan stiletto yang semuanya bernuansa nude, apalagi dengan penerangan plus dekorasi megah yang memenuhi venue, she looks one hundred percent different, as if she came out of a folktale.
"Manglingi nggak sih?" Perempuan itu bergelayut di lengan Mail sembari mengerling sahabatnya yang masuk digandeng ibu dan saudaranya.
Tapi cuy ... pandangan Mail nggak bisa beralih dari pacarnya itu. Cakep banget—anggun, bersahaja. Glamor, tapi tidak berlebihan, apalagi overshine the bride.
Terlihat dewasa dan bisa diandalkan. Sama sekali nggak ada tanda-tanda kalau ini adalah cewek yang ngambek kalau diingatkan skripsinya belum tersentuh selama setahun lamanya.
"Kamu kali yang manglingi, Babe." Mail sempat-sempatnya ngegombal, membuat wajah pacarnya yang sudah terpoles blush on jadi makin bersemu merah.
"Kalau belum siap ngehalalin, nggak usah muji-muji."
"Di mana korelasinya?"
"Ya ada, lah. Makin Mas nunjukin bucin terang-terangan, makin melambung tinggi harapanku supaya kita berjodoh." Trinda menjawab sok imut. Kalau nggak lagi di tempat umum, sudah Mail cium saking gemas.
Mendengar aba-aba dari MC bahwa acara akan segera dimulai, cewek itu segera menyeret pacarnya menuju ke deretan bangku yang strategis, lalu mengeluarkan ponsel dari clutch dan menyerahkan benda itu ke tripod hidup alias Mail.
"Ambilin video yang bagus ya, Mas. Potrait aja, buat Insta Story."
Jadi, seperti itulah tujuan Mail diajak kondangan. Buat jadi tripod.
~
Kelar akad, Trinda masih sibuk sendiri, karena memang acaranya nggak kelar-kelar sampai malam: undangan resepsi untuk tamu-tamu orang tua diadakan siang hari, sementara tamu kedua mempelai di malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dated; Engaged [COMPLETED]
HumorSekian lama move on, Trinda mendadak CLBK-crush lama belum kelar-melihat mas-mas mempesona berkemeja batik slimfit incarannya delapan tahun silam muncul tanpa gandengan di depan publik untuk pertama kali, plus terkonfirmasi jomblo. Harapan auto terb...