31 | reminisce part 2

15.1K 1.5K 439
                                    


Seminggu di Canggu, gaya hidup Mail berangsur-angsur ... membaik?

Dengan mudahnya dia bisa bangun pagi. Lanjut jogging tiga puluh menit, sarapan sehat di warung-warung vegan dekat villa. Vicon mulai jam sembilan teng, kemudian site visit ke lokasi project sampai sore. Pulangnya masih sempat ngegym, yoga, atau spa. Malam masih bisa clubbing 2-3 jam sebelum tiba waktunya tidur. Definisi work life balance. Benar-benar berbanding terbalik dengan siklus hidupnya di Jakarta. Bangun rada siang masih lemas. Malamnya tiba di apart sudah kelelahan setengah mampus.

Oke, macet adalah satu hal. Tapi, bahkan jika bisa melakukan semua aktivitas yang dia perlukan di satu kompleks bangunan tanpa harus bermacet-macetan, hidup di antara beton-beton bukanlah sesuatu yang ideal bagi Mail.

Kalau pacarnya—atau sekarang sudah jadi mantannya (?)—adalah anak mall dan hotel bintang lima, maka Mail adalah anak pantai. Luxury spa is good, but barefoot on the sand with a surfboard in hand is the best feeling ever.

Big white doggo? Oh, tentu saja Mail punya, tepat seperti mimpinya. Hanya saja, karena nggak tahu kapan harus kembali ke Jakarta, sementara dia hanya menjaga anjing peliharaan salah satu teman baru yang lagi ada kerjaan di KL sampai minggu depan. Selanjutnya, kalau dia benar-benar bisa pindah ke Bali—karena nggak jadi nikah—ya bisa-bisa saja dia pertimbangkan untuk mengadopsi beneran.

Oscar? Sudah balik duluan. Karena Mail muak melihat mukanya, dia suruh Igor memberdayakan PA-nya itu di kantor.

Trinda? Yeah, mereka berdua masih rajin telponan tiap malam. Trinda dan ibunya sudah balik ke Depok sejak dua hari yang lalu. Dan dari cerita yang didengarnya, Trinda optimis ibunya akan segera kembali ke Magelang dalam waktu dekat.

Mail cuma bisa tertawa dalam hati.

Nggak mungkin ibumu balik cepet, Nduk. Abis ini yang ada malah mantengin kamu dua puluh empat jam, takut tiba-tiba loncat dari balkon.

"Anak gue masih idup, kan?" Selesai dengan Trinda, gantian Andrea yang video call.

Paham bukan dia yang dicari, Mail meletakkan ponselnya bersandar di asbak, mengepaskan kamera depan ke muka Gunner, doggo yang belakangan jadi majikan Mail. Lalu dia beri privasi sepasang makhluk lintas spesies itu saling gonggong-menggonggong melepas rindu.

He's healthier, indeed. But he's got a hole in his heart. Mail mendesah, mengepaskan punggung ke bantal kursi, menatap pantulan riak air kolam di plafon kayu. Perlahan kembali merasakan nyeri saat menyadari malam hari terlalu sunyi.

Sialan memang si Oscar, booking villa nggak nanya-nanya dulu. Five bedrooms kalau ditempati Mail seorang diri kan terlalu luas dan lengang! Hosting party sih bisa-bisa aja, tapi weekday begini, cuma pengangguran yang mau diajak party! Dan biarpun senang berteman, Mail cari teman ya pilih-pilih juga. Pengangguran tukang foya-foya? Ke laut aja!

Then ... at least he should adopt five dogs. Mail noleh ke Gunner dan mengelus-elus belakang kepalanya.

Right. Sekarang sabar saja dulu. Nyari cewek baru bukan perkara sulit kalau status jomblonya sudah resmi dikembalikan oleh Bude Hari.

Ugh. Mail menekan dadanya yang terasa sakit, berbarengan dengan suara bel terdengar.

Cowok itu menoleh ke arah pintu depan, merasa tidak sedang menunggu tamu ataupun orderan makanan.

"Lo beliin gue makanan buat balas budi?" tanyanya ke layar HP.

"Ngapain?" Di seberang, Andrea pasang tampang seolah-olah pertanyaan Mail itu tidak masuk akal. "Lo kali yang harus balas budi, karena gue udah bersedia minjemin anak gue ke lo."

Dated; Engaged [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang