Pemenang voucher Karyakarsa chapter 18:
yul_nda 5k; Rfty97 3k; y4n1sparkyu96, Jihanhalana49, & Wedhe90 1k.
Tinggal 2 chapter lagi, nih.
19 | river flows in you
"Begini nih, kalau nggak punya duit, terus sok-sokan ke Europe, pakai paylater!" Trinda mengutuk nasibnya sendiri, yang belakangan ini kudu bolak-balik Depok-Jakarta demi membantu kerjaan kantor Mbak Ipar—yang telah resmi menggantikan posisinya menjadi anak kesayangan sekeluarga besar—biar nggak diungkit-ungkit melulu betapa hedon kehidupan kuliahnya jika dibandingkan dengan masnya.
Awalnya, dia hanya diminta datang setiap akhir pekan. Tapi begitu semester kelar, ujung-ujungnya dia didapuk jadi pembantu tetap Relevent selama liburan.
Bapak-Ibu yang biasanya rajin menyuruh pulang kampung, mendadak sama sekali nggak mengusik. Malah senang kalau ada yang mau memberdayakan Trinda. Biar nggak main mulu. Biar tau rasanya nyari duit. Ckckck. Untung kerjaan di EO Mbak Iis nggak sesusah magang di Nowness.
Jobdesc utama Trinda semacam relationship manager. Menggantikan Mbak Iis menemui klien-klien VIP yang nggak mau capek-capek datang ke kantor kalau butuh jasa Relevent. Tapi nggak setiap hari, karena klien mereka nggak sebanyak itu. Sisanya, ya jadi pekerja kasar serabutan saja, jadi kru acara-acara di lokasi.
"Hari ini kita ke mana, Mbak?" tanyanya ke Mbak Tiffany, bosnya, sambil menyeruput iced butterscotch sea-salt latte.
Mbak Tiffany menyebutkan sebuah lokasi. Trinda manggut-manggut sembari matanya jelalatan memperhatikan seisi meja kerja bos di depannya.
Melihat nama 'Nowness' tertera di judul sebuah tumpukan berkas, matanya refleks membulat.
"Nowness ada acara apaan lagi?" Sambil bertanya, Trinda merasa jantungnya berdebar-debar.
Sudah berapa lama dia melupakan Mas Ismail dan Nowness? Sampai-sampai Trinda lebih memilih coffee shop lain untuk memenuhi kebutuhan kafein harian, demi menghindari tidak sengaja bertemu Mas Ismail di salah satu outlet Nowness.
"Outing. Mau ikut? Lumayan bisa menghirup oksigen Bali." Mbak Tiffany menawari.
Trinda berlagak nggak lagi nervous setengah mati, kemudian jual mahal. "Ke Bali tapi kerja tuh nggak ada lumayan-lumayannya, Mbak."
"Ya paling nggak, bisa libur dari polusi Jakarta."
"Heish. Oksigen Bali juga nggak bersih-bersih amat, di kotanya."
Jelas Mbak Tiffany kesal. Sudah baik dia mau menawari. Eh, ditolak mentah-mentah. "Bodo amat, Trinda, bodo amat. Lo standby di sini aja, selagi gue kerja sambil menikmati hidup di Bali."
Takut ditinggal betulan, Trinda nyengir. Sebelum Mbak Tiffany ketok palu, segera dia bangkit dari kursi dan menyenggol-nyenggol pundak si mbak. "Bukan gitu maksudku. Iya deh, aku ikut aja."
"Ck." Mbak Tiffany pasang tampang mencela. "Gue masukin nama lo. Awas kalau kerjanya nggak bener!"
Tanpa sadar, sebuah senyum terukir di wajah Trinda.
But ... is it a good decision?
She'll soon find out.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dated; Engaged [COMPLETED]
ComédieSekian lama move on, Trinda mendadak CLBK-crush lama belum kelar-melihat mas-mas mempesona berkemeja batik slimfit incarannya delapan tahun silam muncul tanpa gandengan di depan publik untuk pertama kali, plus terkonfirmasi jomblo. Harapan auto terb...