d-16 | keep your head up, princess! pt. 2

19.1K 1.5K 229
                                    

Pemenang voucher Karyakarsa di chapter sebelumnya: yul_nda & mamakgalak 2k, ciVelan22 1k 




16 | keep your head up, princess!

(pt. 2)



"Are you sure you're okay with this?" Mas Ismail bertanya lagi di hari Jumat pagi, beberapa jam berselang sebelum jemputan mereka tiba.

Si mas bahkan belum packing, seolah bakal ikhlas 30 juta melayang kalau saja Trinda mendadak ogah berangkat. Padahal, jangankan satu kamar, satu kasur juga Trinda oke-oke saja. Oke banget malah—kalau nggak ingat Mas Ismail masih memperlakukan dirinya bak dedek-dedek polos.

"Nggak usah berangkat deh, nanya mulu, capek jawabnya." Trinda berlagak manyun.

Si mas ngakak. "Gue khawatir lo nggak berani nolak karena nggak enakan."

"Trust me, kalau aku jawab, I'll sound like a thirsty bitch."

"Shit." Jawaban Trinda membuat si cowok langsung mingkem dan balik kanan. Gemes banget kaaan?


~


The hotel is in the middle of nowhere.

Jujur, perjalanan yang ditempuh harusnya sudah terasa melelahkan. Dan normalnya, yang Trinda butuhkan begitu tiba di hotel adalah rebahan di kasur suite mereka selama setengah sampai satu jam untuk meregangkan otot punggung. Tapi anehnya, dia tidak merasa capek sama sekali.

Proses check in berlangsung cepat. Sembari menunggu, mereka disuguhi wedang jahe dan shoulder massage. Satu hal lain yang baru dia tahu, mereka dapat privilege butler yang melayani 24 jam.

Mas Ismail minta skip hotel tour. Jadilah mereka langsung diantar menuju suite yang berada di lantai tiga.

Hijau-hijau terlihat di mana-mana. Sayangnya, gunung-gunungnya hanya terlihat sekelebat karena tertutup awan.

Tiba di depan pintu, Trinda yang sejak tadi sudah merasa heboh berlebihan mendadak merasakan jantungnya bergemuruh tak karuan.

They're really here, dalam agenda menghabiskan dua malam di suite yang sama.

Kalau ada euforia yang mirip dengan saat ini, maka adalah saat Mas Ismail dengan tak disangka-sangka mengajaknya couple spa di Ritz Carlton hampir sebulan yang lalu.

Trinda menghela napas ketika pintu terbuka.

The room is huge. Dominan warna cokelat kayu pada furniture dan lantai.

Begitu masuk, mereka langsung dihadapkan pada powder room di sisi kiri, dan di sisi kanan ada wardrobe seukuran walk in closet di apartemen Mas Ismail, yang terhubung ke kamar mandi super besar. Double vanity, dengan bench kayu berlapis kulit di depannya. Shower dan closet area menghimpit di kedua sisi, lalu bathtub dengan jendela besar sebagai background di ujung.

Folded door kamar mandi bisa dibuka sampai mentok, sari ujung ke ujung dinding kamar mandi, sehingga memberi kesan menyatu dan terbuka dengan bedroom. So intimate, huh? Alias bisa-bisa saja kalau mau meniadakan privasi.

Dated; Engaged [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang