d-3 | back seat of the blue car

27.1K 1.9K 83
                                    




3 | back seat of the blue car



"Kopi dari ayang lo? Thank you." Winny sengaja mengejek saat menerima uluran cup holder berisi dua gelas kopi dari Trinda, ketika dia dan Theo—pacarnya—datang menjemput Trinda di Nowness, kedai kopi Mas Ismail cabang SCBD, tempat Trinda tadi ditraktir makan sampai kenyang.

"Tasku udah dibawain sekalian?" Trinda nanya sambil masuk ke mobil baru Theo yang akhirnya terbeli juga setelah wacana berbulan-bulan, kemudian duduk di jok belakang.

BMW X4 biru.

Nggak usah heran. Sejak lulus SMA, Theo sudah jadi broker—kalau nggak salah komoditi gold. Sekarang penghasilan rata-ratanya 400 juta per bulan, padahal kerjanya ngebacot doang lewat handphone.

Tapi biar sudah tajir, Theo tetap rajin kuliah karena katanya uang bukanlah segala-galanya.

Well, cuma orang yang kuliahnya pinter dan duitnya unlimited yang bisa ngomong demikian, karena Trinda yang kuliahnya empet-empetan dan masih menggantungkan hidup pada kemurahan hati Bapak Ardiman Prawirodiprodjo sama sekali nggak relate.

Lalu perihal tas Trinda yang dia tanyakan ke Winny ... selepas checkout dari hotel kemarin pagi, dia dan Winny memang nggak langsung balik ke Depok. Mereka berdua numpang menginap di apartment Michelle—sahabat mereka yang lain—di Dharmawangsa. Michellenya sudah balik duluan ke Depok Subuh tadi karena ada kuliah pagi.

Tapi nggak mungkin juga Winny nggak membawakan tasnya sekalian, karena masa mereka mau balik ke Dharmawangsa lagi?

"Udah, Sis. Di bagasi. Baju kotor lo malah udah dipungutin dari kamar mandi dan dikresekin sama Theo. Jangan lupa balas budi karena pacar gue bukan pembantu."

Winny menyerahkan salah satu cup kopi di tangannya ke Theo selagi kendaraan mereka mulai jalan.

Theo manggut-manggut saat menyesap kopi itu, tanda kalau rasanya approved.

Mau nggak mau, Trinda merasa bangga, meski kopi Mas Ismail nggak ada hubungannya dengan dirinya.

"Jadi, nolak Saga demi owner-nya Nowness, nih?" Suara Theo kalem dan sopan banget di kuping saat cowok itu bertanya.

"Nggak tau dia owner-nya atau bukan." Trinda menjawab rada malu karena nyatanya dia memang belum sempat mencari info apapun soal cowok yang dia suka.

"Bang Ismail Saragih, kan? Kalau dia mah, gue tau orangnya. Tahun kemarin gue undang jadi pembicara PKKMB fakultas kita, malah."

Winny kontan melongo. "Demi apa? Dunia sempit banget."

"Nggak sempit juga. Dia kan alumni, wajar kalau diundang sama adik tingkat, soalnya kalau mau ngundang yang beda almamater, lebih susah." Theo berujar santai seolah-olah informasi yang dia berikan tadi nggak mengejutkan Trinda. "Btw, lo belum dapet tempat magang, kan, Trinda? Magang di kantornya Nowness sabi, kali, sekalian PDKT."

Ucapan terakhir Theo lebih membuat Trinda terkejut lagi.

Mau nggak mau, Trinda jadi mengacungkan jempol pada pasangan kesayangan di depannya ini.

Yang udah pengalaman emang beda jalan pikirannya, ya? Visioner abis.


~

Dated; Engaged [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang