5 | Purezento Kokan - Gift Exchange

86 5 1
                                    

Ada yang menarik di SMA Kitahara ini. Setiap tahun pasti ada tukar hadiah, sekali di setiap semester. Tahun kemarin, aku mendapat gantungan kunci dan dompet dari Hikari dan Kyoda. Setelah pulang sekolah, aku dan Ame bergegas ke pusat perbelanjaan untuk membeli barang yang akan kami berikan. Karena banyak anak basket yang 'terdampar' di kelasku, jadi aku memutuskan untuk membeli aksesoris basket. Pilihanku tertuju pada sweatband. Oke, tapi warna apa? Aku pusing sendiri. Sekali terbersit nama Hibiki. Kurosawa Hibiki. Kuro berarti hitam. Eeh, jangan terlalu berharap dia yang dapat, Riku! Presentase dia yang dapat juga kecil banget. Satu banding tiga puluh. Tapi toh mayoritas cowok sukanya warna hitam kan? Ya sudahlah. Aku mengambil sepasang sweatband hitam dan sebuah dekker hitam, lalu bergegas menuju kasir. Aku menunggu Ame. Tak lama kemudian, Ame keluar dari sektor boneka, lalu kami keluar dan naik bis.

Esoknya, kelasku sudah dipenuhi dengan kubus-kubus koran. Ada yang besar, ada yang kecil. Setelah aku meletakkan tas, aku mengeluarkan hadiahku, lalu mengumpulkannya ke depan. Oh iya, setelah kesalahpahaman itu, aku kembali duduk di sebelah Hibiki. Hikari juga bosan duduk di sebelah Hibiki. Katanya, Hibiki itu tidak suka mengobrol. Malah selalu lihat ke belakang waktu kami bertengkar. Padahal kalau sama aku, Hibiki yang memulai pembicaraan terus. Aku hanya tertawa mendengar alasan Hikari.

"Hadiahmu yang mana?" Tanya Hibiki.

"Itu." Aku menunjuk kubus kecil yang kuletakkan paling atas.

"Punyamu?" Aku balas bertanya.

"Yang itu." Ia menunjuk ke kubus berukuran sedang yang berada di bawah.

Sebelum pelajaran pertama dimulai, Yamamoto-sensei mempersilahkan kami untuk melakukan 'ritual' tukar kado ini. Ada yang memberi nomor pada kado-kado, ada yang menyobek kertas, 7ada yang menulis nomor di kertas, dan ada yang memasukkan kertas ke dalam toples. Lalu, beberapa anak mulai maju untuk mengambil undian. Saat tiba giliranku, aku mendapat nomor sepuluh. Aku mengambil kubus nomor sepuluh, lalu duduk. Setelah aku, giliran Hibiki yang maju. Hibiki mendapat nomor satu. Ia mengambil kubus koran yang ukurannya agak kecil. Sepertinya itu punyaku deh. aku mulai curiga. Ah, tapi tidak mungkin.

"Eh, itu sepertinya dari aku deh." Kata Hibiki sambil melihat kubus yang kupegang.

"Yang kamu pegang juga sepertinya punyaku."

"Wah, kok bisa sih? Oh iya, nanti kalau memang itu benar dari aku, ada kejutannya loh!" Katanya sambil tersenyum lebar. Aku merasa bahwa kubus ini seperti berisi bom saja. Apa ini? Aku melihat kado dari Hibiki dengan suram. Kejutan macam apa? Tiba-tiba perasaanku tidak enak. Mungkin aku membukanya saat pulang saja ya...

"Nah, silakan membuka kadonya!" Kata Yamamoto-sensei tiba-tiba. Matilah! Kulihat sekeliling, semuanya dengan semangat membuka kado yang mereka dapat. Bagaimana dengan nasibku? Glek. Aku menelan ludah. Perlahan aku membuka bungkus koran itu. Hah? Ada bungkus koran lagi? Aku menoleh ke arah Hibiki.

"Wah, benar itu dariku!" Katanya sambil tertawa. Aku melotot. Aku melanjutkan membuka bungkus koran kedua itu. Di bungkus ketiga, ada tulisan 'buka terus!'. Aku membuka lagi. Di bungkus kelima, ada tulisan 'Semangat!'. Saat aku sibuk membuka bungkus ke enam, semua teman-temanku sudah selesai membuka hadiah mereka masing-masing. Oke, inilah yang namanya menjadi pusat perhatian. Saat aku membuka bungkus ketujuh, ada tulisan 'ayo, buka terus!'. Gila nih! Mejaku sudah penuh dengan lembaran-lembaran koran, bahkan sampai menjalar ke meja Hibiki juga. Aku semakin penasaran, memangnya isinya apa sih? Aku membuka bungkus ke sembilan, ada tulisan lagi 'sebentar lagi!'. Setelah membuka bungkus ke sepuluh, akhirnya tampak juga tulisan 'GAME OVER' di kardus kecil seukuran dengan kardus es krim. Sontak satu kelas tertawa. Aku juga ikutan ketawa. Aku dan Hibiki membawa koran-koran yang berada di mejaku, diiringi oleh tawa teman-teman sekelas. Bahkan kulihat Yamamoto-sensei pun ikut tertawa. Aku meninju Hibiki pelan, gemas juga ngerjain orang pakai cara itu. Eh dia malah tertawa lagi.

"Hahaha... Untung kamu yang dapat."

"Dasar jahil!"

"Habisnya wajahmu lucu banget! Hahahaha!"

"Huh! Oh iya, kamu dapat apa?"

"Sepasang Sweatband hitam sama dekker hitam. Dari kamu kan? Aku hapal dengan ukuran kadomu." Katanya sambil nyengir. Dadaku menghangat. Syukurlah di tangan orang yang tepat. Aku tersenyum senang.

"Oh ya, kamu belum lihat apa isi kadoku?"

"Tidak ada kejutan lagi kan?" Kataku sambil menatapnya tajam.

"Tidak. Percayalah padaku." Katanya sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Aku membuka kardus dengan tulisan 'GAME OVER' itu. Isinya sepasang sweatband putih dengan gambar seekor kelinci dan sebuah phone strap kelinci putih.

"Bagaimana? Suka? Cocok?" Tanya Hibiki.

"Suka banget! Aku paling suka warna putih. Sesuai dengan namaku, Shiro yang berarti putih. Kadoku cocok?"

"Oh jelas! Aku paling suka sama warna hitam. Sesuai dengan namaku juga." Dia nyengir. Aku lega sekali.

Inikah yang namanya takdir? Atau ini hanya kebetulan? Karena terkadang takdir dan kebetulan hanya beda tipis sekali. Namun, tetap saja aku senang karena Hibiki yang mendapat kado dariku. Aku mulai merenung kembali. Iya ya, di dalam nama kami, ada unsur warna yang sangat berbeda. Sangat kontras. Nama dan sifat kita memang berbeda jauh, tapi akankah perasaan yang kita miliki juga bertolak belakang?


Slamdunk My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang