27 | Nagareboshi - Shooting Star

38 1 0
                                    

Setelah menjalani serangkaian Ulangan Akhir Semester yang sangat menyiksa otak, jiwa, dan raga kami, selesailah sudah masa belajar kami di kelas dua SMA. Sedih juga berpisah dengan teman-teman sekelas, tapi ada rumor kalau nanti kelas tiga, kelas tidak akan diacak, mengingat kami harus mengejar materi yang banyak dalam waktu yang singkat sehingga susah juga kalau haru ditambah dengan waktu untuk beradaptasi dengan teman-teman yang belum dekat dengan kami. Aku sih berharap tidak diacak, sudah cocok dengan kelas ini sih. Kami tinggal menunggu hasil belajar kami, yaitu penerimaan rapot di akhir bulan, yaitu tanggal 31 Mei.

Oh iya, sebelum Ulangan Akhir Semester, aku sudah tanyakan masalah training camp pada si kembar. Mereka sih dengan senang hati memperbolehkan kami memakainya lagi, malah kami disuruh di sana selama seminggu! Gila ya? Tentu saja kutolak. Kita selama tiga hari saja sudah sangat merepotkan, apalagi seminggu? Lalu sebelum Ulangan Akhir Semester kami juga sempat membicarakan masalah apa saja yang akan dibawa untuk acara ini. Kami berdiskusi di kelas.

"Setiap anak harus membawa baju, perlengkapan mandi, charger hp, dan bola basket ya." Kataku sambil menulis di papan tulis.

"Makanannya?" Tanya Shin.

"Eh? Kalian mau bawa? Tidak dari tempat kami saja?" Tanya si kembar.

"Kami merasa tidak enak, kembar, kalau semuanya diserahkan kepada kalian." Kata Hibiki.

"Mau Barbekyu-an?" Tanya Makoto.

"Eh? Makoto-senpai dan Mikoto-senpai punya pemanggangnya?" Tanya Sasaki.

"Tentu saja." Kata Mikoto.

"Wah, kita bisa barbekyu-an nih!" Kata Ranmaru.

"Ya sudah, aku bawa sosis sama bakso deh." Kata Mayuri. Aku menulis di papan tulis.

"Aku bawa sayurannya." Kata Hikaru. Aku menulis di papan tulis lagi.

"Ada usul lain?" Tanya Hibiki.

"Kembang api?" tanya Hana. Seluruh anggota tim basket langsung ribut.

"Wah, perlu itu! Namanya bukan musim panas tanpa kembang api!" Kata Kaito.

"Hei, hei, kita di sana mau meningkatkan kemampuan, bukan bermain." Tegurku. Seketika mereka lesu.

"Main-main sedikit kan tidak apa-apa, senpai." Kata Seta. Aku menghela napas panjang.

"Ayolah senpai? Ya ya ya?" Kata adik-adik kelasku dengan kompak. Muka mereka memelas, aku ingin ketawa rasanya.

"Baiklah, aku menyerah." Kataku sambil mengangkat kedua tanganku. Mereka bersorak riang, sementara aku menulis lagi di papan tulis.

"Oke, siapa yang mau bawa kembang api, petasan, dan kawan-kawannya?" Tanya Takagi.

"Aku ada saudara yang jual kembang api." Kata Kida. Aku menulis nama Kida di papan tulis.

"Senpai, perlu bawa bantal sendiri?" Tanya Kouichi.

"Tidak perlu. Di tempat si kembar, kita tidak tidur di lantai, tapi di kasur." Kata Takeru.

"Memangnya cukup? Kita berduapuluh lho." Kata Takashi.

"Tenang saja. Kamarnya banyak kok. Sofa juga banyak." Kata Makoto dengan santai.

"Perlu bawa senter?" Tanya Keiko.

"Ooh... Untuk penjelajahan malam ya senpai?" Tanya Kousaka.

"Atau untuk cerita-cerita horor?" Tanya Takeru.

"Yakin? Mau ada acara itu? Kalau yang takut bagaimana? Nanti tidak bisa tidur dan mengacaukan jadwal kita lho." Kataku sambil melirik Hibiki.

"Eh, iya betul itu..." Kata Hibiki membenarkan ucapanku. Dasar.

Slamdunk My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang