Beberapa hari kulalui bersama dengan teman-temanku ini. Dari situ aku semakin dekat dengan Hibiki. Ia orang yang humoris. Aku merasa senang bisa kenal dengannya. Kami sering mengobrol tentang berbagai macam hal, baik langsung dan juga lewat sms.
Tapi ... mungkinkah ini perasaan suka? Saat kau benar-benar tertarik dengan lawan jenismu? Saat kau ingin mencari informasi lebih banyak tentang dirinya? Saat kau merasa cocok dengannya? Saat kau ingin terus berada di dekatnya? Mungkin memang iya, aku suka Hibiki. Rasanya ingin aku cepat-cepat memberi tahu Ame tentang hal ini.
"Ame, sepertinya aku benar-benar suka deh sama Hibiki." Bisikku malu-malu. Mendengar itu, kontan Ame langsung tertawa dan menepuk-nepuk pundakku.
"Wah, momen yang cukup bersejarah yak Riku, hahaha... " Katanya di sela-sela tawanya yang renyah.
"Ssst... Jangan keras-keras! Aku kan malu..."
"Oh iya, lupa..." Katanya sambil berusaha menahan tawa.
"Dasar kamu ini... " Kataku sambil menjitak kepalanya. Aku mengejarnya sampai ke kelas.
"Kalian ini, sudah kelas dua tapi masih kejar-kejaran seperti anak kecil." Kata Takeru saat Ame berhasil kutangkap. Mendengar komentar Takeru, Ame langsung diam saja dengan muka memerah.
"Ah, tidak kok! Riku saja nih yang mulai!"
"Apaan? Hahaha... "
"Dasar kalian berdua... " Kata Takeru sambil menggelengkan kepalanya.
"Pagi semuanya!" Kata Hibiki sambil memasuki kelas saat aku meletakkan tasku.
"Pagi kapten!" Katanya sambil memberi hormat dan tersenyum kepadaku. Sedetik kemudian ia tersenyum aneh dan menaikkan alisnya. Melihat wajahnya yang aneh itu, aku tertawa terbahak-bahak.
"Pagi ajudanku! Astaga! Ekspresi macam apa itu? Hahahahahaha!"
"Katanya kemarin mau lihat prakteknya. Ini ekspresi titik dua tanda petik kurung tutup loh!" Katanya tanpa mengubah ekspresi di wajahnya. Aku tertawa semakin keras.
"Aduh, iya deh mirip. Perutku sakit nih karena kamu." Kataku sambil memegangi perutku. Hibiki tertawa juga.
"Mau lihat yang huruf b besar minus kurung tutup?" Tanyanya. Aku perlahan-lahan mengambarkan apa yang dikatakan Hibiki di kepalaku. Oh, maksudnya emoticon yang cool itu.
"Boleh!" Tantangku. Dengan cepat, ia menghampiri Goro dan meminjam kacamatanya. Ia duduk di sampingku lalu memakai kacamata itu. Ia membentuk huruf L dengan ibu jari dan telunjuknya, lalu menempelkannya secara miring di dagunya.
"Bagaimana, Nona Riku?" Tanyanya dengan suara rendah dan menaikkan sebelah alisnya. Aku tertawa lagi.
"Oh sudahlah Hibiki! Perutku sakit lagi nih!"
"Kok aku yang disalahkan? Tadi kan Riku sendiri yang minta." Katanya, lalu berganti pose. Ia meletakkan tangannya di dahi, lalu perlahan-lahan menyapu poninya yang menggantung ke atas. Untuk sepersekian detik, jantungku melonjak. Hibiki saat itu cocok dan cakep banget pakai kacamata dan dengan ekspresi-bak-fotomodel itu. Hal itu... entah kenapa membuatku berdebar. Namun di detik selanjutnya, ia menahan semua poninya dan memperlihatkan dahinya yang lebar dan licin. Aku tertawa lagi. Setelah itu, Aiko-sensei memasuki kelas dan Hibiki mengembalikan kacamatanya ke Goro.
Pelajaran berlalu dengan cepat. Saat istirahat, Hibiki kembali bermain basket, Ame pergi ke kantin, sementara aku dan Takeru duduk-duduk di sekitar lapangan basket melihat permainan Hibiki. Saat Hibiki berhasil mencetak three point, sontak ada sekelompok cewek-cewek yang ikut bersorak.
"Gila, baru beberapa hari disini, Hibiki sudah punya banyak penggemar." Kataku takjub sambil melihat ke arah mereka.
"Iya ya, itu anak kelas satu kan? Hibiki memang populer sih. Cakep, atletis, tinggi, kurang apa coba?" Kata Takeru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slamdunk My Heart
Ficção Adolescente~ ○ ~ Shirokawa Riku, seorang siswi SMA yang dalam hidupnya belum merasakan apa itu cinta terhadap lawan jenis, mulai mengubah pemikirannya saat musim semi datang di tahun keduanya di SMA Kitahara. Di sana ia bertemu dengan Kurosawa Hibiki, murid pi...