Katanya di hari ketiga ada pesta penutupan serta makan malam bersama. Setidaknya begitulah yang aku baca di undangan kemarin. Tapi karena aku penasaran, maka aku mengajak Hibiki datang lebih awal, yaitu jam setengah empat sore ke SMA Sakamoto. Ternyata sebelum pesta dan makan malam bersama, ada suatu pementasan drama oleh masing-masing kelas. Kelas Yuki tampil pukul setengah lima. Karena aku dan Hibiki datang setengah empat lebih sedikit, kami diperbolehkan masuk ke backstage. Di sana ada Ryuseiu dan Yuki, juga beberapa teman sekelas mereka.
"Halo Ryu! Halo Yuki!"
"Eh Riku-senpai! Halo!" Sapa Yuki. Ryuseiu hanya tersenyum, lalu mondar-mandir mencari seseorang.
"Aku tidak dianggap nih?" Tanya Hibiki.
"Tidak." Jawab Yuki cepat. Kami bertiga tertawa.
"Ryu, kamu kenapa sih? Kok gelisah begitu?" Tanyaku heran.
"Itu senpai, pemain dari kelas kami ada yang tidak masuk."
"Laki-laki atau perempuan?"
"Laki-laki, senpai."
"Dapat peran apa?" tanya Hibiki.
"Pangeran, mana peran yang penting lagi. Sanada ke mana sih?" Tanyanya ke seorang teman sekelasnya. Yang ditanya malah menggelengkan kepalanya.
"Memangnya kalian pakai cerita apa?" Tanyaku.
"Ooh, buat sendiri, senpai. Aslinya sih Putri Salju, tapi Yukinya tidak mau." Kata Ryuseiu sambil mencolek dagu Yuki. Kontan Yuki langsung mencak-mencak.
"Ya iyalah aku tidak mau! Orang ada adegan ciumannya lagi!" Kata Yuki sambil mencubit pipi Ryuseiu.
"Lalu yang Pangeran siapa yang menggantikan?"
"Tidak tahu senpai, satu kelas sudah dibagi perannya masing-masing. Atau aku perlu main ganda ya? Tapi itu tidak mungkin, karena aku dan Sanada ada adegan main bersama. Aduh, bagaimana ini..." Tanya Ryuseiu panik. Kasihan juga mereka. Tapi aku bisa apa ya? Tiba-tiba terlintas suatu ide di kepalaku. Agak konyol memang, tapi perlu dicoba. Untuk membantu kelas Yuki, hanya ada satu cara.
"Kalian tidak perlu khawatir. Aku sudah menemukan orang yang tepat untuk mengisi peran itu." Kataku dengan percaya diri. Mereka bertiga melihatku bingung.
"Siapa senpai?" Tanya Yuki dan Ryuseiu berbarengan.
"Ini dia orangnya!" Aku mengangkat tangan kiri Hibiki tinggi-tinggi. Yuki dan Ryuseiu kaget, sementara Hibiki sendiri melongo.
"Kok aku?" Tanyanya langsung.
"Menurutku kamu cocok kok jadi Pangeran. Kan kita udah diajari Sakura-sensei tentang drama. Waktu itu kamu kan waktu akting dapat nilai tertinggi sekelas."
"Iya sih ..."
"Lagipula, kan kamu banyak fansnya juga. Wah pasti seru nih!" Kataku dengan penuh semangat.
"Tapi ini juga tergantung kau juga. Bagaimana, Hibiki?" Tanyaku dengan mata berbinar.
"Aku sih mau-mau saja. Tapi dialognya ada berapa? Banyak tidak?" Tanya Hibiki pada Yuki yang sedang memegang naskah.
"Tidak terlalu banyak sih."
"Lihat deh." Kata Hibiki sambil membalik-balik halaman naskah milik Yuki.
"Bagaimana, senpai? Bisa?" Tanya Ryuseiu penuh harap.
"Bisa. Tidak masalah." Aku, Yuki, dan Ryuseiu langsung menjerit senang, lalu memeluknya.
"Oke senpai, bawa saja punyaku, aku sudah hafal kok. Kalau senpai lupa dialognya, nanti ada temanku yang memberitahu, jadi senpai tenang saja. Improvisasi juga penting senpai. Hayati peran Pangeran dengan sepenuh hati. Sekarang senpai bisa ganti baju di situ, nanti aku dan Yuki akan membantu senpai menghapal dan menggambarkan situasi yang ingin kami tampilkan pada penonton. Sekali lagi, terima kasih, senpai sudah mau membantu kami." Kata Ryuseiu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slamdunk My Heart
Fiksi Remaja~ ○ ~ Shirokawa Riku, seorang siswi SMA yang dalam hidupnya belum merasakan apa itu cinta terhadap lawan jenis, mulai mengubah pemikirannya saat musim semi datang di tahun keduanya di SMA Kitahara. Di sana ia bertemu dengan Kurosawa Hibiki, murid pi...