16 | Kirai Janai - I Don't Hate You

79 3 0
                                    

"Permisi... ada yang namanya Kurosawa Hibiki?" Aku menoleh ke asal suara.

"Eeh... belum datang, Anjou-senpai." Jawab Takeru.

"Ooh begitu ya..." Ia melihat ke dalam kelasku. Begitu melihatku, Anjou-senpai malah tersenyum menyeringai. Aku membuang muka.

"Nah, itu dia!"

"Selamat pagi Kurosawa!" Sapa Anjou-senpai.

"Pagi... eh, siapa ya?" Aku menyemburkan tawa mendengar jawaban Hibiki.

"Masa kamu tidak mengenalku?"

"Hmmm... oh! Tidak." Kata Hibiki sambil memasuki kelas, meninggalkan Anjou-senpai yang melongo mendengar perkataan Hibiki. Aku menahan tawa sambil memegangi perutku yang bergetar hebat.

"Hoi Hibiki! Dia itu Kakak kelas kita. Seto Anjou. Dia terkenal lho. Anak pemilik yayasan sekolah kita. Masa kamu tidak tahu?"

"Oh." Jawab Hibiki pendek sambil meletakkan tas. Aku akhirnya tertawa juga melihat wajah hening Anjou-senpai. Sampai bel berbunyi, Anjou-senpai dan beberapa temannya menunggu di depan kelasku. Berharap kalau Hibiki keluar. Nyatanya, Hibiki malah di dalam kelas terus. Sebelum kembali ke kelas, ia melihatku yang tidak berhenti tertawa dari balik jendela.

"Kenapa sih tertawa terus?" Tanya Takeru yang duduk di sebelah Hibiki.

"Tidak apa-apa. Anjou-senpai kasihan banget dikacangin Hibiki. Huahahaha..."

"Iya, aku saja tadi mau ketawa tapi aku tahan terus. Hihihi..."

"Kacau tuh Hibiki."

"Iya tuh. Eh Riku, kamu kok tukar tempat duduk denganku sih?"

"Tidak apa-apa. Ingin dekat dengan Ame aja." Kataku setengah berbohong.

Sekarang, setiap hari Anjou-senpai selalu datang ke kelasku. Aku ulangi, Anjou-senpai SELALU datang ke kelasku. Tidak hanya saat siang, pagi, tapi waktu istirahat pula. Aku saja sudah bosan, apalagi Hibiki? Anjou-senpai gigih sekali ya? Aku sih cuek-cuek saja. Tapi akhir-akhir ini sikap Hibiki berubah. Sekarang ia mulai menanggapi Anjou-senpai kalau ke kelas. Mereka juga pernah pulang bersama. Aku pun semakin jauh dengan Hibiki dan tidak pernah mengobrol dengannya lagi, yah kecuali kalau ada tugas kelompok baru deh ngobrol. Tapi juga obrolannya sebatas tugas saja. Dia juga tidak mengajakku ngobrol setelah itu. Aku lega tak ada bahaya yang mengancam keluarga atau sahabat-sahabatku.

Tapi, benarkah aku selega itu?

Orang bilang, otak dan hati terkadang tidak sinkron. Mungkin sekarang aku lega karena memikirkan orang-orang terdekatku tidak celaka. Tapi bagaimana dengan hatiku? Aku mencengkeram bajuku kuat-kuat. Hati kecilku sebenarnya panas. Sakit. Melihat mereka yang semakin dekat, semakin akrab. Aku cemburu setengah mati. Sekarang aku benar-benar lost contact dengan Hibiki. Aku merasa ada jarak yang sangat jauh di antara kami.

Waktu telah berubah, begitu juga dengan manusia. Mungkin saja Anjou-senpai berhasil membuat Hibiki terpikat padanya. Tapi entahlah. Hatiku terlalu sakit untuk memikirkan mereka berdua. Hari ini malah, aku melihat mereka berduaan di sudut sekolah yang jarang dilewati. Gila kan? Pipiku langsung panas. Darahku mendidih. Dengan kesal aku berjalan pulang. Cuacanya jelek sekali ya akhir-akhir ini? Kelihatannya sih akan turun hujan. Semoga sebelum sampai rumah hujan tidak turun deh. Baru saja aku berjalan beberapa meter dari sekolah, aku malah dihadang oleh seseorang.

"Hai, Kapten!" Kata Hibiki sambil tersenyum. Senyum yang sudah lama tidak aku lihat. Kata sapaan yang membuatku senang. Tapi aku masih teringat dengan ancaman Anjou-senpai. Juga aku masih terbakar api cemburu. Alhasil, aku hanya diam saja dan melanjutkan berjalan tanpa menghiraukannya.

Slamdunk My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang