Ulangan Tengah Semester yang lama akhirnya selesai sudah! Huaaaah, capek sekali otak ini selama delapan hari digunakan untuk menghapal berbagai rumus dan teori. Aku sih tidak masalah, tapi Hibiki kelihatannya sedikit bermasalah, berhubung dia tidak terlalu bisa menghapal banyak teori dan kadang-kadang kurang teliti kalau mengerjakan soal hitungan. Tapi dia sih mengaku bisa mengerjakan soal-soal itu, karena sehari sebelumnya dia selalu les privat denganku. Sabtu minggu sebelum Ulangan Tengah Semester juga aku, Hibiki, Ame, dan Takeru sempat belajar bersama. Aku sudah mengingatkan Hibiki berkali-kali untuk mengecek jawaban hitungan. Kalau bisa di cek sampai waktu habis saja sekalian. Aku memang sadis kok dalam hal pelajaran. Hihihi...
Oh iya, bulan Mei ini, kami disibukkan dengan festival sekolah, sebelum akhir Mei nanti Ujian Akhir Semester dan penerimaan rapot. Cepat sekali ya? Padahal rasanya baru kemarin aku kenal sama Hibiki. Waktu memang berlalu tanpa kita sempat menyadarinya. Ya nggak?
Berbeda dengan festival SMA Sakamoto yang memakan waktu sampai tiga hari, SMA Kitahara hanya sehari, tapi bisa memakan waktu sampai lebih dari dua belas jam. Untung sekolah menoleransi dengan libur sehari keesokan harinya. Sebenarnya kami juga mau mengadakannya untuk tiga hari, tapi berbagai keadaan tidak memungkinkan, jadilah hanya sehari. Untuk pertandingan olahraga, acaranya tidak sebesar di SMA Sakamoto. Kapten tim dan anak kelas dua lainnya tidak ikut bertanding, dengan kata lain, anak kelas satu lah yang diuji kemampuannya kali ini.
Masalahnya, kami pusing memutuskan apa yang kelas kami mau tampilkan. Maid atau cosplay cafe? Tidak punya seragamnya, yang otaku juga sedikit. Rumah hantu? Bosan juga. Planetarium? Tidak punya alatnya. Photobooth? Boros di tinta print dan kertas foto. Lomba Ramen? Tidak cocok, repot kalau membersihkan juga kalau ada yang tumpah. Pusing kan?
"Bagaimana kalau kita membuat permainan saja?" Celetuk Hikari.
"Permainan apa, Hikari?" Tanya si kembar bersamaan.
"Yaa misalnya kita membuat ular tangga begitu."
"Ukurannya?" Tanya Takeru.
"Kalau berani sih lima meter kali lima meter. Lagipula, kelas kita kan lumayan luas." Jelas Hikari.
"Lalu tripleknya? Apa tidak susah membaginya?"
"Pakai yang satu kali satu meter saja."
"beli duapuluh lima biji dong? Apa tidak terlalu banyak?"
"Iya ya. Apa empat kali empat meter saja? Enam belas triplek jadinya."
"Ya sudah, empat kali empat meter. Setuju, teman-teman?"
"Setuju!"
"Lalu, apakah ada ide lain?" Tanya Ame.
"Bagaimana kalau twister?" Celetuk Yuuya tiba-tiba.
"Twister? Yang empat warna itu?" Tanyaku sambil mengernyitkan dahi.
"Iya, nih aku bawa. Mau dicoba?"
"Boleh, boleh!" Kata Hibiki.
"Lalu, siapa yang mau jadi relawan?" Kata Yuuya sambil berlari mengambil tasnya yang ada di bagian belakang kelas. Semua teman-temanku berbisik-bisik.
"Yang pacaran saja, biar aman." Kata si kembar bersamaan. Aku langsung melotot ke arah mereka yang malah cengengesan.
"Wah ide bagus itu! Jadi Hibiki, Takeru, Ame, sama Riku?" Tanya Yuuya sambil menggelar mat.
"Iya!" Jawab teman-temanku bersamaan. Aku hanya tersenyum pasrah.
"Siapa yang duluan?" Tanya Yuuya sambil mengangkat spinner.
"Aku saja!" Kata Takeru. Ame terlihat sedikit protes, tapi menurut juga akhirnya. Mereka secara bergantian memutar spinner dan mulai menginjak warna di mat. Pada posisi akhir, posisi mereka berdua saling berjauhan, sehingga tidak ada yang ambruk. Setelah ini giliranku dan Hibiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slamdunk My Heart
Teen Fiction~ ○ ~ Shirokawa Riku, seorang siswi SMA yang dalam hidupnya belum merasakan apa itu cinta terhadap lawan jenis, mulai mengubah pemikirannya saat musim semi datang di tahun keduanya di SMA Kitahara. Di sana ia bertemu dengan Kurosawa Hibiki, murid pi...