Aku melihat ke sekelilingku. Sinar matahari yang tidak menembus rimbunnya pepohonan. Suasana yang super sejuk. Pepohonan yang menjulang tinggi dan rimbun. Batu-batu besar yang banyak ditempeli lumut. Sepanjang mata memandang, aku hanya melihat pohon-pohon besar.
"Di manakah ... aku?" Gumamku pelan.
Kulangkahkan kakiku, mencoba menemukan jalan keluar dari hutan ini. Aku melihat sesosok bayangan tak jauh dari tempatku berdiri. Ada seseorang di sana. Aku segera mempercepat langkah kakiku, mendekati bayangan itu.
"Permisi, apa kau tahu jalan keluar dari sini?"
"Hm." Katanya sambil menoleh menatapku. Rambutnya yang panjang dan lebat bergerak perlahan, memperlihatkan bentuk wajahnya yang tirus dan terlihat dngin itu. Ia ... sangat mirip dengan werewolf yang kemarin ada di film.
"Err ... jadi? Ke mana aku harus pergi?" Tanyaku. Ia mengarahkan dagunya ke kanan. Kudengar suara beruang datang dari arah yang ditunjukkannya. Bulu kudukku berdiri.
"K-Kau yakin?" Tanyaku takut-takut. Ia menganggukkan kepalanya.
"Ng ... kalau begitu, terima kasih." Kataku sembari melihatnya yang enggan membantuku.
Perlahan tapi pasti, aku berjalan sambil menyibakkan tumbuhan yang menghalangi pandanganku. Di saat yang bersamaan aku mewaspadai sekelilingku, kalau-kalau ada beruang yang datang mendekat. kira-kira sudah tiga kilometer aku berjalan, kakiku mulai terasa sakit. Di bawah pohon yang rindang, aku beristirahat di batu besar. Kupijit kaki kananku yang mulai memerah. Namun di saat yang bersamaan, kudengar suara gemerisik dari depan. Begitu kudongakkan kepalaku, kulihat ... seekor beruang besar berwarna cokelat sedang berjalan dan memperhatikanku. Panik dan penuh dengan rasa takut, perlahan kutarik tangan dan kubenarkan posisi duduk. Saat akan berdiri, kakiku mulai kesakitan. Bibir bawah kugigit dengan keras saat aku melihat beruang itu semakin mendekat dan akhirnya hanya berjarak tiga meter dariku. Ia berdiri dengan kedua kaki belakangnya dan saat itu aku sudah pasrah dan hanya bisa memejamkan mata. Detik selanjutnya, dengan kecepatan tinggi, sesuatu menyambarku dan aku jatuh terguling-guling di tanah miring. Kukira aku sudah mati, namun ternyata werewolf tadi yang menolongku dari amukan si beruang.
"Bodoh." Katanya dingin sambil melihat ke arah beruang tadi.
"Ma-maafkan aku ..." Kataku hampir menangis, antara ketakutan dan lega karena masih ada yang mau menolongku.
"Seharusnya kau tidak di sana. Di pohon tadi ada sarang lebah yang besar." Katanya melunak sambil membantuku berdiri.
"Ah-" Kakiku yang sakit tidak kuat menopang tubuhku dan malah menabraknya. Dengan sigap ia menangkapku. Mungkin bisa dibilang ia memelukku.
"Kau ... merepotkanku saja." Katanya. Hampir aku meminta maaf lagi, namun ia malah mempererat pelukannya. Aku terbenam dalam lengannya yang hangat dan suara degup jantungnya yang membuatku tenang dan terpejam.
Tak lama, aku membuka mataku perlahan. Aku mendongakkan kepalaku, lalu di situlah Hibiki, menatapku sambil tersenyum usil.
"Selamat pagi, cantik. Romantis sekali sih pagi-pagi sudah memelukku." Katanya.
"... Ha?" Kataku bingung. Aku melihat Hibiki dari atas sampai bawah. Lima detik kemudian, aku baru tersadar kalau aku dari tadi memeluknya. Begitu sadar, aku langsung berguling menjauh sampai jatuh ke lantai. Hibiki langsung tertawa.
"Tadi pasti mimpi aku yaa? Sampai peluk-peluk segala. Hihihi..." Katanya. Aku tersenyum kecut.
"Ah, tidak juga. Aku tadi memimpikan werewolf. Bukan kamu. Wek." Kataku, lalu menjulurkan lidah. Aku merangkak kembali ke matras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Slamdunk My Heart
Teen Fiction~ ○ ~ Shirokawa Riku, seorang siswi SMA yang dalam hidupnya belum merasakan apa itu cinta terhadap lawan jenis, mulai mengubah pemikirannya saat musim semi datang di tahun keduanya di SMA Kitahara. Di sana ia bertemu dengan Kurosawa Hibiki, murid pi...