23 | Ano Hito - That Person

75 1 0
                                    

Gelap. Aku meraba-raba sekelilingku. Aman, tidak ada halangan. Tapi, apa itu? Seperti sebuah cahaya kecil. Ah, mungkin ada orang di sana. Aku mempercepat langkahku menuju cahaya itu. Saat aku mendekat, ternyata cahaya itu adalah cahaya dari lampu minyak yang digantungkan di depan seduah pondok tua. Aku mengetuk-ngetuk pintu kayu tua sebanyak tiga kali. Tidak ada jawaban.

"Permisi... Apakah ada orang di dalam?" Kataku sambil terus mengetuk pintu.

"Silakan, silakan masuk, nak." Kata seorang wanita dari dalam. Setelah ia berkata begitu, pintu kayu itu membuka dengan sendirinya. Aku menelan ludahku. Kuatkan hatimu, Riku!

"Ah, te-terimakasih, boleh saya meminta segelas air putih?" Tanyaku dengan sedikit gugup.

"Oh boleh, boleh. Sebentar nenek ambilkan. Sementara itu, kamu duduk saja dulu di kursi itu." Katanya sambil menunjukkan tangannya yang kurus ke sebuah kursi yang letaknya tak jauh dari tempatku berdiri. Aku menuruti kata-katanya.

Beberapa saat kemudian, nenek itu datang membawa segelas air putih. Aku menerimanya dan mengucapkan terima kasih, lalu meminumnya. Nenek itu duduk di depanku. Lalu, ia menaikkan suatu benda ke meja, membuka kain penutupnya, dan benda itu, yang ternyata adalah sebuah bola kristal, mulai bercahaya.

"Shirokawa Riku, kau akan bertemu dengan masalah. Masalah besar. Seseorang akan datang mengusik kehidupanmu. Orang itu akan mengusik pikiranmu. Orang itu akan datang. Dia sudah dekat. Berhati-hatilah, Riku. Jangan sampai kau lengah. Berhati-hatilah..." Kata nenek itu sambil melihat bola kristalnya.

Aku membuka kedua mataku. Tadi... baru saja aku mimpi apa? Aku memejamkan mataku lagi. Seseorang akan datang mengusik kehidupanku? Dia akan datang. Dia sudah dekat. Siapa ya? Itu mungkin hanya mimpi semata. Aku hendak melanjutkan tidurku, saat aku sadar kalau leherku rasanya menekan sesuatu. Bahu sebelah kananku juga rasanya berat. Aku membuka mataku lagi. Leher. Leher siapa? Aku mendongak. Dan tepat saat itu aku melihat wajah Hibiki yang dekat sekali dengan wajahku. Aku membatu untuk beberapa saat. Untung saja dia sedang tidur, kalau sudah bangun, bisa-bisa aku digoda nih. Aku memperhatikan wajahnya. Hibiki lucu banget kalau lagi tidur. Bukan hanya lucu, tapi kelihatan polos dan keren juga. Hihihi... Tapi kok bisa-bisanya memelukku sih? Caranya lepas dari pelukannya bagaimana nih? Aha! Aku punya ide. Aku bergerak-gerak sedikit untuk memperluas ruang gerakku. Tapi bukannya lebih longgar, ia malah lebih mempererat pelukannya. Bukan hanya itu, kaki kirinya juga ikut-ikutan mengurung kakiku. Aku tidak bisa bergerak. Aku curiga, Hibiki benar-benar tidur apa hanya pura-pura tidur sih? Awas saja kalau memang pura-pura tidur. Aku memperhatikan wajahnya lagi. Sepertinya sih benar-benar tidur. Aku menghela napas perlahan-lahan. Lalu kulihat ada air liur di sudut bibirnya. Pantas saja bantal jerukku tidak selamat dari Hibiki. Dasar. Aku mengulurkan tangan kananku untuk menghapus air liurnya. Saat tanganku mengenai bibirnya, sontak ia langsung bangun dan membuka mata. Syukur deh. Oh bukan. Ia hanya membuka matanya selama tiga detik, lalu memejamkan matanya lagi. Hibiki...

"Aduuh gulingnya enak sekali..." Gumamnya. Aku tersenyum kecut mendengar kata-katanya.

"Tidak terlalu empuk sih, tapi kok bisa enak ya? Tapi kan tadi malam aku tidak mengambil guling. Terus ini gulingnya siapa? Mungkin punya Chii-chan ya. Ah entah lah, pinjam dulu ya..." Sambungnya. Aku tertawa kecil.

"Kok gulingnya bisa ketawa sih? Ajaib sekali..." Katanya sambil membuka matanya perlahan.

"Hmm? Riku? Aku pikir siapa... Jangan berisik ah. Aku kan mau tidur." Katanya sambil memejamkan matanya lagi. Dasar Hibiki! Tidak sadar apa kalau aku sudah hampir kehabisan napas?!

"Ya kamu enak tidur, aku nih yang tidak bisa bergerak. Sesak napas lagi!"

"Ah masa sih?"

"Beneran, coba perhatikan guling siapa yang kamu pakai." Kataku sambil berusaha menahan tawa.

Slamdunk My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang