19 | Yume - Dream

76 3 0
                                        

Aku benar-benar siap menghadapi pertandingan hari ini! Sepulang dari festival kemarin, aku sempat latihan sebentar, sendirian. Hari ini, aku akan berusaha mengalahkan lawan-lawanku dari SMA Sakamoto. Memang, pihak SMA Sakomoto memiliki hak untuk memilih lawannya dari SMA lain. Aku penasaran, siapa yang nanti akan jadi lawanku di babak pertama ya? Memikirkan itu, aku jadi tambah semangat. Baiklah! Aku akan berusaha untuk meraih kemenangan!

Aku berjalan menuju rumah Hibiki. Sesampainya di sana, aku hanya melihat Hibiki yang membawa bola basket hitam kesayangannya juga backpack yang berwarna abu-abu. Tapi kok Chiiharu belum kelihatan sih? Atau Chiiharu masih ganti baju?

"Chii-chan mana?" Tanyaku saat sampai di rumah Hibiki.

"Sakit."

"Loh? Sakit apa?"

"Panas. Tadi aku lihat lagi tidur. Kecapekan mungkin." Jawabnya sedih.

"Sayang, dia tidak bisa melihat pertandingan kita."

"Yah, mau bagaimana lagi. Oh iya, ini kan masih jam sembilan. Pertandingannya kan mulai jam dua. Bagaimana kalau kita latihan dulu?" tanyanya.

"Di mana?"

"Ada lapangan basket kok di dekat sini."

"Bagaimana ya..." Kataku sambil mendribel bola basketku yang berwarna putih dengan garis-garis merah.

"Kamu mau lihat pertandingan lain?"

"Hmm ... Tidak juga sih."

"Ya sudah, daripada bengong, lebih baik latihan saja dulu."

"Ya sudah deh."

Aku berjalan di sampingnya. Ia sudah kembali normal, kurasa. Maksudku ia sudah kembali ceria, tidak pendiam seperti kemarin waktu kami pulang dari festival. Sayang sekali Chiiharu tidak bisa ikut dengan kami. Tapi aku tidak boleh kehilangan fokus. Aku harus berkonsentrasi penuh pada pertandingan hari ini.

"Hei Riku, kelihatannya tembakan three-pointku memburuk akhir-akhir ini." Katanya saat kami sampai di lapangan di dekat rumahnya.

"Ah, masa? Coba deh lima kali three-point-shoot." Kataku sambil meletakkan tas di dekat kursi.

"Lihat nih." Hibiki segera mendribble bolanya menuju garis tiga angka. Ia melihat ke arah ring, lalu menembak. Masuk.

"Nah itu bisa." Kataku sambil mendribble bola basket di dekatnya.

"Baru satu." Ia berlari mengambil bola basketnya yang berada di bawah ring, lalu kembali ke garis tiga angka. Aku memperhatikan setiap gerakan Hibiki. Ia menembak. Gagal. Begitu juga seterusnya. Ia hanya memasukkan satu bola dari lima kesempatan menembak.

"Tuh kan. Aku payah banget."

"Kau ini kenapa sih?" Protesku.

"Ha?"

"Masih pagi, tapi kok sudah lemas. Salah makan ya?"

"Hmm... Kurasa sarapan tadi tidak berdampak apapun. Tapi tidak tahu kenapa, rasanya lemas aja."

"Kalau kamu lemas begini, bagaimana nanti bisa menang waktu one-on-one? Hibiki yang kukenal adalah Hibiki yang ceria, bersemangat, pantang mundur, dan pekerja keras." Ia tersenyum kecil.

"Kau benar. Tapi kalau tembakanku seperti ini, tidak jamin bisa menang deh. Ajari aku dong." Pintanya.

"Oke oke. Coba angkat sikumu seperti tadi waktu kamu mau menembak."

"Lalu?" Ia menaikkan siku sampai sejajar dengan bahunya.

"Tadi kamu menembak pakai kekuatan pergelangan tangan. Coba sekarang pakai kekuatan siku."

Slamdunk My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang