29 | Saigo no Hi - The Last Day

48 1 0
                                    

Tung.


Hpku berbunyi, tanda ada sms yang masuk. Aku membuka mata dan mecoba meraihnya di meja kecil di sebelah tempat tidurku. Setengah membuka mata, aku membaca isinya.

= Riku, katanya ada pertandingan persahabatan antar beberapa SMA. Nama Kitahara sudah saya masukkan. Hanya saja saya terlalu sibuk dan baru bisa memberitahumu sekarang. Kalian sedang ada training camp ya? Ya sudah, langsung latihan saja. Pertandingannya tanggal 14 Juni. =

Aku langsung bangun dan membaca ulang sms dari Makiko-sensei tersebut. Seketika aku menyambar handuk serta baju ganti dan melesat ke kamar mandi. Huh, dasar pelatih! Bisa-bisanya melupakan hal sepenting itu! Kalau begitu kan jadwal hari ini bisa kacau! Yah, apa boleh buat, aku akan mengatur ulang jadwalnya, pikirku selama aku mandi.

Segera, setelah aku mandi, aku melihat ke arah lorong. Di luar masih gelap, tidak ada orang lain selain aku di sini. Tunggu, ini masih jam berapa? Aku membuka pintu kamarku perlahan dan melihat ke arah jam dinding merah yang tergantung di dekat kasur Hana. Astaga, masih jam setengah empat pagi? Padahal kita rencananya mau melihat matahari terbit jam setengah lima. Yah, apa boleh buat. Aku segera mengambil buku dan merubah sedikit jadwalnya. Hmm, mungkin latihan hari ini difokuskan ke teamwork saja ya? Berarti aku tambah saja five-on-five. Eh tapi jangan juga, kasihan kalau main five-on-five sampai dua kali. Oh sama fokus latihan intensif masing-masing anak saja. Nanti aku ajak anak-anak kelas dua yang lain mendampingi anak-anak kelas satu. Mungkin pulangnya bisa mundur nih. Aku menggaruk-garuk kepalaku. Yah, semoga saja nanti berlangsung dengan lancar. Aku melihat ke arah jam dinding lagi. Baru jam empat kurang sepuluh menit? Ah, ya sudahlah, aku ke pantai saja dulu.

Sang dewa masih belum menampakkan sinarnya. Aku melepas sandalku dan berjalan menyusuri pantai. Dinginnya air laut mulai membasahi kedua kakiku. Angin pagi yang segar menerpa rambutku. Aku menutup mata dan membuka kedua lenganku lebar-lebar. Haaah, memang enak hidup di pinggir pantai. Lalu tiba-tiba kedua lengan memeluk leherku dari belakang. Jantungku melonjak, dan aku membuka mata. Lengan kanan yang tergores ...

"Selamat pagi kapten!" Sapa Hibiki riang. Aku menghembuskan napas lega.

"Selamat pagi Hibiki. Tumben kau bisa bangun pagi?"

"Hahaha... Instingku mengatakan kalau Kapten akan bangun lebih pagi, maka aku juga dan langsung ke sini."

"Tunggu, kau belum mandi?" Kataku sambil mendongak dan mendapati wajahnya yang tersenyum jahil.

"Belum dong!" Katanya bangga. Aku langsung berontak.

"Ih, jorok sekali sih, Hibiki? Aku sudah mandi tahu!"

"Ya tidak apa-apa dong mandi lagi. Atau ... mau aku mandikan?" Tanyanya. Aku mencubit lengannya yang masih memeluk leherku.

"Ampun, kapten." Katanya. Aku tertawa kecil mendengarnya. Lalu kami berdua sama-sama diam, menikmati suasana pagi. Ia mempererat pelukannya dan aku membiarkannya.

"Hari baru akan kulewati lagi bersama kapten tersayang..." Bisiknya pelan di dekat telingaku.

"Oh iya, aku tadi dapat sms dari Makiko-sensei."

"Hm? Apa katanya?" Kata Hibiki penasaran sambil berdiri di sebelahku, kami sama-sama melihat ke arah lautan.

"Kita akan mengikuti pertandingan persahabatan antar SMA tanggal 14 Juni."

"Hee, mendadak sekali."

"Ya, pelatih sangat sibuk dan baru bisa memberitahuku tadi. Aku sudah mengubah sedikit jadwalnya. Mungkin kita akan pulang sore hari." Aku menghembuskan nafas.

"... Lalu kita akan bertanding dengan siapa saja?"

"Mungkin semua SMA di perfektur kita."

"Berarti-"

Slamdunk My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang