Sebagai sepasang kekasih, aku merasa biasa saja. Maksudnya tidak ada perubahan signifikan. Aku tetap bercanda ria dengan Hibiki seperti biasa. Yah mungkin dia lebih dekat saja denganku. Aku berusaha untuk tidak menyiarkan hubunganku dengan Hibiki. Kata Hibiki, dia tidak mau aku diancam lagi oleh orang lain. Selain jadi sasaran, hal ini bisa juga meneror kami berdua. Maka dari itu, kami sepakat untuk menyembunyikannya. Rencana ini berjalan mulus. Akhir-akhir ini, seperti kata Hibiki, Anjou-senpai tidak mengancamku dan tidak mengikutiku lagi. Setidaknya, sampai saat ini. Tapi lama kelamaan, akhirnya ada seseorang yang menyadarinya.
"Hei Riku, kok kamu akhir-akhir ini lebih dekat dengan Hibiki sih?" Tanya Ame saat kami berdua berada di kantin. Glek! Jantungku melonjak.
"Dekat bagaimana Ame? Biasa saja kok."
"Ya lebih dekat begitu. Tidak seperti biasanya. Ada sesuatu ya?" Selidiknya.
"Eng-enggak kok!" Jawabku cepat.
"Kenapa panik? Kok mukamu merah begitu? Waaaah, jangan-jangan..."
"Jangan-jangan ... kenapa Ame?"
"Kamu..."
"Aku... Kenapa?"
"Kamu nembak Hibiki ya?!" Jerit Ame, yang membuatku langsung membekap mulutnya, takut didengar orang lain. Untung kantin lagi sepi.
"Sssst! Jangan keras-keras!"
"Tuh kan benaaar..." Katanya sambil menjauhkan tanganku dari mulutnya.
"Uuuuuuh Ameeeee!"
"Jadi bagaimana?"
"Bagaimana bagaimana?" Tanyaku bingung.
"Bagaimana ya bagaimana. Kamu itu bagaimana sih?"
"Ame, kamu ngomong apa sih? Aku tidak mengerti sama sekali."
"Hehehe... Maksudnya bagaimana nembaknya? Diterima kan?"
"Kamu kok pede banget kalau aku diterima..." Jawabku sambil memasang ekspresi sedih.
"Loh? Jadi ditolak? Lalu kenapa kalian ...?" Katanya sedih.
"Bercanda, Ame." Sebuah jitakan mendarat di kepalaku.
"Sakit..."
"Salah sendiri. Serius ah. Kamu nembak Hibiki? Beneran?"
"Eeeh... Bagaimana ya? Lebih tepatnya, Hibiki yang menembakku."
"APAAAA?!" Jerit Ame. Aku membekapnya lagi.
"Iya iya Riku, ampun. Terus terus? Kok bisa begitu? Ceritanya bagaimana?"
"Dia nembaknya waktu hujan-hujanan. Awalnya aku duluan sih yang ngomong suka." Aku menutup muka dengan jaketku. Malu banget!
"Begitu saja?" Tanya Ame sambil cemberut.
"Lalu aku harus cerita apa lagi dong?"
"Ya yang mendetail dong."
"Tidak mau ah. Malu."
"Yah, Riku kok begitu sih?"
"Kamu tanya Hibiki saja." Jawabku asal.
"Oke! Aku akan tanya padanya sekarang!"
"Memangnya kamu tahu di mana dia sekarang?" Tanyaku heran. Jelas-jelas aku bercanda, eh dia menanggapinya dengan serius.
"Tahu dong!"
"Di mana?"
"Di dekat sini. Di mana ada Riku, di situ ada Hibiki." Katanya, dan dengan cepat ia berdiri, melihat sekeliling, lalu berlari menuju lapangan. Aku ikut berdiri, melihat dari kantin. Ternyata, di sana ada Hibiki yang sedang bermain basket, lalu dengan paksa Ame menariknya kembali ke kantin. Ternyata anggapan Ame memang benar. Aku nyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slamdunk My Heart
Teen Fiction~ ○ ~ Shirokawa Riku, seorang siswi SMA yang dalam hidupnya belum merasakan apa itu cinta terhadap lawan jenis, mulai mengubah pemikirannya saat musim semi datang di tahun keduanya di SMA Kitahara. Di sana ia bertemu dengan Kurosawa Hibiki, murid pi...