Sejak saat itu, Hibiki selalu pulang dengan cewek yang kemarin. Saat Hibiki latihan, cewek itu menunggunya. Hmm, cewek itu memang manis sih. Ia murah senyum dan wajahnya memang cantik. Rambutnya lurus dan panjang. Lalu di kemudian hari, aku tidak sengaja mendengar pembicaraan anak-anak cowok di kelasku.
"Eh cewek yang sama Hibiki siapa sih?"
"Manis ya?"
"Iya. Anak kelas berapa?
"Kelas satu. Sepertinya 1-E. Aku pernah melihatnya dia duduk-duduk di depan kelas 1-E."
"Ooh ... Itu pacarnya Hibiki ya?"
"Entahlah. Eh itu ada Hibiki! Tanya langsung saja ke sumbernya."
"Oi Hibiki, sini!"
"Ada apa?" Kata Hibiki.
"Tidak apa-apa sih. Kita cuma mau tanya sesuatu..."
"Apa?" Tanya Hibiki.
"Cewek yang kemarin pulang sama kamu. Itu pacarmu ya?" Tanya mereka. Jantungku mulai berdegup tidak karuan.
"Iya kan? Iya kan? Iya kan?" Desak mereka. Tolong jawab itu tidak benar, tolong jawab itu tidak benar...
"Iya, dia memang pacarku, kenapa memangnya?" Katanya sambil tersenyum. Aku lemas seketika mendengar jawaban Hibiki. Aku bodoh sekali ya, menginginkan jawaban lain dari Hibiki. Pacar ya? Aku semakin lemas. Aku tidak mendengar lagi pembicaraan mereka. Hatiku hancur. Cemburu ini semakin menjadi-jadi.
"Tugas kali ini adalah melakukan pengamatan terhadap jaringan epitel yang ada di langit-langit mulut kita. Untuk mengerjakan tugas ini, Ibu akan membaginya menjadi lima belas kelompok. satu kelompok terdiri dari dua orang. Supaya lebih mudah, kalian berkelompok dengan teman semeja kalian saja. Tugas ini dikumpulkan minggu depan. Langkah-langkahnya ada di buku paket halaman empatpuluh lima. Kalian bebas mau menggunakan mikroskop di lab atau di mana saja." Kata Aoi-sensei, guru biologi, menutup pelajarannya hari ini.
"Jadi, Riku, mau mengerjakan kapan? Di mana?" Kata Hibiki sambil memasukkan buku-buku ke dalam tasnya.
"Hmm, supaya tidak tertumpuk pr yang lain, bagaimana kalau besok saja? Tempatnya ... di mana? Aku tidak punya mikroskop di rumah. Mau di lab?" Kataku sambil membereskan kotak pensil.
"Besok? Oke. Hmm ... Sepertinya besok lab akan penuh, karena kelas sebelah kebagian jadwal lab besok. Di rumahku saja, mau? Ayahku seorang dokter, jadi ada mikroskop dan kawan-kawannya di rumah." Katanya sambil nyengir.
"Okelah. Eh itu pacarmu sudah menunggu di depan kelas. Kamu tidak main basket dulu sebelum pulang?" Kataku sambil melirik cewek yang ada di depan pintu kelas. Hibiki ikut mendongak, lalu tertawa.
"Hari ini tidak deh, dah kapten!" Katanya sambil mengacak-acak rambutku. Aku merapikan rambutku sambil tersenyum. Tapi senyum itu tak bertahan lama, aku kembali dihadapkan kenyataan kalau Hibiki sudah punya pacar. Pacar yang selalu setia menunggunya, apapun yang Hibiki lakukan. Dadaku kembali sesak. Aku berjalan keluar kelas dengan lesu.
Esoknya, kerja kelompok di rumah Hibiki. Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Hibiki mengajakku untuk main basket sebentar. Aku mengiyakan saja. Mungkin sebagai pengganti yang kemarin. Lalu setelah itu, kami berdua berjalan menuju rumah Hibiki.
"Rumahmu di daerah mana?" Tanyaku.
"Dekat kok, jaraknya cuma sekitar dua kilometer."
"Oh... Eh iya, pacarmu mana?" Tanyaku tiba-tiba.
"Hm? Sudah pulang duluan." Katanya sambil menahan tawa.
"Kenapa?" Aku meninjunya pelan.
"Tidak apa-apa. Aku hanya teringat wajahnya yang lucu saat aku bilang kalau hari ini ada kerja kelompok. Dia bilang kalau aku harus dengan sepenuh hati mengerjakannya, dengan seluruh jiwa dan raga." Katanya dramatis. Aku tertawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Slamdunk My Heart
Teen Fiction~ ○ ~ Shirokawa Riku, seorang siswi SMA yang dalam hidupnya belum merasakan apa itu cinta terhadap lawan jenis, mulai mengubah pemikirannya saat musim semi datang di tahun keduanya di SMA Kitahara. Di sana ia bertemu dengan Kurosawa Hibiki, murid pi...