6 | Shitto? - Jealous?

80 3 0
                                        

Makiko-sensei sudah sembuh dan ini artinya, ekstra basket hari ini akan diambil alih oleh beliau. Untuk menebus ketidakhadiran Makiko-sensei, kami semua diperintah untuk latihan fisik sampai ekstra hari ini selesai. Anak-anak kelas satu melongo, sementara kami anak kelas dua hanya tersenyum tipis, sudah terbiasa dengan 'hadiah' dari guru ekstra yang sakit. Hibiki ikut-ikutan melongo. Maklum, sebagai anak baru, dia memang tidak tahu kebiasaan ekstra SMA Kitahara. Aku melihat mukanya yang lucu, lalu tertawa. Aku senang juga, ia memakai sweatband hitam di pergelangan tangan kanannya, yang kuberikan waktu tukar kado seminggu yang lalu. Tidak hanya sweatband, ia bahkan memakai dekker hitam di lutut sebelah kanannya. Ini membuatku super senang. Ah, aku makin suka padanya! Oh, jangan salah, aku juga memakai sweatband putih pemberian Hibiki di tangan kiri, juga menggantungkan phone strap di hpku yang berwarna putih. Serba putih. Yap, itulah diriku.

Latihan fisik hari ini terdiri dari push-up, sit-up, lompat tali, lari estafet, dan latihan three point shoot. Kejam ya? Itulah Makiko-sensei, guru ekstra basket kami yang kejam namun perhatian. Anak-anak kelas satu kelihatan ingin protes, tapi segera kuhalangi, sebab kalau kau memprotes program latihan Makiko-sensei, kau akan menerima latihan fisik yang dua kali lebih berat daripada latihan awal. Adik-adik kelasku bergidik ngeri.

"Ah, lumayan." Kataku sambil meregangkan badan.

"Lumayan dari mana, Senpai? Ini sih ekstrim!" Protes seorang adik kelasku, Mika. Yang lain mengangguk mengiyakan.

"Sudah, jalani saja. Kalau Makiko-sensei memprogram latihan fisik yang lebih dari tiga program, istirahatnya agak lama kok. Tenang." Jawabku sambil tersenyum. Beberapa anak terlihat sedikit lega. Baiklah! Aku segera mengikat rambutku menjadi satu dan melakukan pemanasan singkat.

Latihan pertama, push-up. Kuota yang harus dicapai adalah tiga puluh kali. Gampang! Kloter pertama, lima orang, terdiri dari aku, Takagi, Keiko, Mika, dan Hana. Selanjutnya, aku mengawasi jalannya latihan push-up menggantikan posisi Makiko-sensei yang sedang mengawasi latihan push-up tim putra. Lalu, latihan kedua,Sit-up. Nah, sekarang, giliran Makiko-sensei yang mengawasi latihan Sit-up tim putri. Kuotanya sama. Untung deh. Urutannya sama seperti yang pertama. Kebanyakan adik kelasku sedikit kesulitan di sit-up karena mungkin mereka jarang melakukan latihan fisik. Kalau bagi kami, anak kelas dua sih sudah biasa. Setelah itu, kami diberi waktu istirahat lima belas menit. Saat aku duduk melihat tempat latihan putra, kulihat Hibiki sedang melambaikan tangan ke arahku. Hana melihat Hibiki, lalu berteriak dengan histeris. Kontan semua anggota tim putri melihat ke arah Hibiki, lalu melambaikan tangan ke arahnya, sedangkan aku diam saja, melihat ekspresi Hibiki yang kaget, lucu sekali. Lalu, Takeru menjitaknya karena terlalu tebar pesona pada kami, padahal aku tahu, dia juga ingin punya penggemar sebanyak Hibiki. Aku jadi geli sendiri. Aku kembali memperhatikan Hibiki. Lucu juga dia berjalan mengitari teman-teman serta adik-adik kelasnya sambil mengawasi mereka sit-up. Saat istirahat, Hibiki yang awalnya duduk sendirian segera dikelilingi oleh anak-anak kelas satu. Mungkin mereka juga penasaran, bagaimana Hibiki mendapatkan penggemar sebanyak itu hanya dalam beberapa minggu. Di sisi lain, Takeru kelihatannya menguping. Aku tertawa pelan. Andai Ame melihat ini, pasti dia panik sendiri.

"Bagaimana kalau dia punya banyak penggemar? Bagaimana kalu ada penggemarnya yang nekat mendekati dia? Bagaimana kalau dia tertarik dengan salah satu penggemarnya? Bagaimana kalau mereka pacaran? Aaaaah!!! Bagaimana dengan nasibku Rikuuuu???" Aku membayangkan Ame yang berkata seperti itu.

"Riku! Ayo lanjut ke lompat tali!" Kata Takagi, membuyarkan lamunanku. Aku bergegas menghampirinya.

Lanjut. Latihan ketiga, lompat tali. Kuotanya lumayan ekstrim, yaitu empat puluh lompatan. Untung aku sudah sering bermain lompat tali, jadi sudah terbiasa. Kali ini terdiri dari tiga kloter. Kloter pertama, tentu saja aku, lalu Takagi, dan Mika. Aku yang pertama selesai, disusul Takagi, lalu Mika. Adik-adik kelasku takjub melihat betapa cepatnya aku melompat, lalu mereka mencoba meniru gerakanku, tapi hasilnya gagal.

Slamdunk My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang